Kamis, 29 April 2010

lomba-lomba..hanyo sapa mo ikut???

Lomba Cerpen, Puisi, Esay, Resensi, Mading, Story Telling, Memorable, dll oleh FLP SUMSEL.
Posted on 16. Feb, 2010 by Lia Octavia in FLP Mania
Dalam Semarak FLP (Forum Lingkar Pena) SUMSEL ke-9
Kini FLP Hadir dengan Membawa Berita Lomba Menulis Non Fiksi
LOMBA KARYA TULIS TINGKAT SE-SUMATRA SELATAN
KRITERIA LOMBA KARYA TULIS
- Lomba karya cipta menulis puisi
- Lomba karya cipta menulis cerpen
- Lomba karya cipta menulis esay/memoar/memorable
- Lomba meresensi buku
- Lomba mading
- Lomba story telling
TEMA LOMBA
- Untuk puisi temanya “Ceritakan padaku tentang satu rindu” (Rindu ajal, rindu surga, rindu naik haji, rindu toubat, rindu ayah, rindu reunian, rindu ketemu sahabat lama, rindu jalan-jalan, terserah deh yang penting fokusnya rindu ya”
- Untuk cerpen temanya “Budaya Kedaerahan” (tentang adat istiadat, tentang adat pernikahan, adat meminang, tentang makanan khas (kalau daerah Palembang mpek-mpek Oku Lempok dari Durian, kalau Ujan Mas Muara Enim tiap malam 1 Muaharam Melemang, kalau daerah mu apa yah?) tentang pariwisata (Lahat: Bukit Telunjuk, Rimbang Kemambang, Pagar Alam: Gunung Dempo. Muara Enim: Air Bedegung. Linggau: Bukit Sulap, Watervang. Palembang: Ampera, Musi, dll. Apa aja deh yang penting unsure daerah)
- Untuk Esai/memoar/memorable temanya “cerita tentang sahabat”
- Untuk resensi Novel karya Sinta Yudhisia : The Road To The Empire / rengkarnasih terbitan LPPH
- Untuk Story Telling temanya “Cerita Rakyat”
- Untuk Mading temanya “Pariwisata Sumsel”
SYARAT PESERTA LOMBA
- Story telling SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu)
- Mading (SMP/SMA/Mahasiswa)
- Puisi kategori (SMP/SMA)/ (Mahasiswa / UMUM)
- Cerpen (SMA/Mahasiswa/UMUM)
- Esay/Memoar/Memorable SMA/Mahasiswa/UMUM
- Resensi buku SMA/Mahasiswa/UMUM
• Berdomisili / ber KTP wilayah SUMSEL: Palembang, Muara Enim, Semendo, Lahat, Pagar Alam, Baturaja, Oku, OkI, OI, Musi Rawas, lubuk Linggau, Prabumulih, Banyuasin, MUBA, dll. Asal termasuk peta wilayah SUMSEL.
• Pelajar: SMP/MTS, PONPES, SMA, SMU, SMEA, SMK, STM, YPL, PGRI. Muhamadiyah, dll
• Mahasiswa: Universitas, Institut, STIT, STIE, Akademik, dll
• UMUM: Guru, Buruh Bangunan, Dokter, Tukang Sayur, Tukang Becak, Salon, Aktivis, Musisi, IRMA, Wartawan, Tenaga Pendidik, Honor, Pedagang, Wiraswasta, Komunitas, dll
• Tidak diperkenankan buat keanggotaan FLP status Madya
BIAYA PENDAFTARAN
Lomba Cipta Puisi Rp. 25.000,-
Lomba cipta menulis cerpen Rp. 25.000,-
Lomba esay/memoar/memorable Rp. 25.000,-
Lomba resensi buku Rp. 25.000,-
Lomba Story Telling Rp. 25.000-
Lomba Mading Rp. 15.000,- / tim (3 Orang)
KETENTUAN PENULISAN
Hasil karya tulis di rangkap 2 lembar tanpa mencantumkan nama penulis
Nama penulis & biodata lengkap (Nama, Alamat, email, FB, No Hp) di lembar kertas terpisah
1 1,5 spasi, bentuk hurup bebas, ukuran 12, kertas A4 (Puisi hal bebas) (Cerpen Min 5 hal) (Esay min 2 hal) (Resensi Max 3 hal)
Fhoto Copy KTP / KTM (kartu tanda mahasiswa)
Belum pernah dipublikasikan, tidak plagiat, belum pernah diikutsertakan dalam lomba.
HADIAH
* Diambil 6 pemenang tiap cabang lomba
* Tropy Juara I, II, III, bingkisan harapan I, II, III
* Uang Pembinaan
* Piagam penghargaan peserta lomba
* Sertifikat pemenang
* Semua peserta lomba gratis hadir di acara Talk show & Bedah Buku “The Road To The Empire” bersama pengarang. Sinta Yudisia (Penulis + 40 buku)
DIADLINE & PENGUMUMAN
- Pengumpulan naskah akhir tgl 14 MEI 2010
- Pengumunan tgl 23 MEI 2010 di Gedung Guru UNIV PGRI Palembang.
- Pelaksanaan lomba Mading & Story Telling tgl 14 MEI 2010
a. Seluruh berkas karya tulis dari setiap peserta lomba sudah harus masuk ke sekretariat panitia sesuai batas waktu yang telah ditentukan (14 MEI 2010)
b. Bagi peserta yang mewakili sekolah, dapat memasukkan seluruh hasil karya tulisannya secara kolektif melalui tempat pendaftaran yang telah ditentukan, atau dapat mengirimkan secara kolektif melalui tempat pendaftaran yang telah ditentukan, atau dapat mengirimkan langsung ke alamat secretariat panitia lomba.
c. Semua naskah yang masuk adalah hak paten milik panitia.
ALAMAT SEKRET & PJ STAND:
cara pengiriman, boleh kolektif.
kirim karyamu dua rangkap, bioadata lengkap terpisah dari lembar karya, dan karya tidak boleh dicantumkan nama. uang pendaftaran 25.000/perkarya – kirim ke alamat dibawah ini. atau boleh lewat email: Ady_Az_zumar@yahoo.co.id uang pendaftaran kirim ke Rek. 801-09-91003 Bank SUMSEL Caba Syariah Palembang An: Supriadi. dan bukti kuitansi di scan lampirkan kedalam email pengiriman.
Alamat: An: Fatimah (Bendahara FLP SUMSEL) 0813 6752 9773
Komplek Perum Citra Dago III Blok C No. 4 Rt/Rw 017/009. Kel Suka Maju. Kec. Sako Palembang. 30164 (Sekret FLP SUMSEL)
selamat berlomba.
CP: Puisi (NITA – 0852 6806 3043)
cerpen (Cici – 0898 2027 314)
Esay (Dina – 0852 6858 2736)
Story Telling (Ewik 0813 7788 7226)
Mading (CEk Millah 0819 29 36 9962)
Resensi (Iqbal- 0812 7398 5587)
Tags: flp sumsel

Bila Erik Tak Meninggalkanku

April 2009.

Kadang aku bertanya sendiri, kenapa Tuhan menciptakanku sebagai seorang perempuan? Kenapa bukan seorang laki-laki? Dan kenapa pula aku terlahir menjadi seorang pemimpi feminis yang selalu membawa mimpi-mimpinya dalam tempurung kepala di mana pun aku berada? Kenapa Tuhan memberiku memori yang kuat untuk mengingat semuannya, mengingat hal-hal mikro sampai hal-hal makro sekalipun!! Ah, aku terkadang bosan! Kenapa aku tak seperti Sri hartati saja, teman sekelasku yang tampaknya takj begitu memikirkan hidup. Baginya semua mengalir seperti Air. Baginya dunia ini cukup dijalani dengan kapasitas masing-masing! Aku tak tahu, dari mana ini mendapatkan filosofi itu, buku apa yang ia baca sehingga mukanya menampakkan ekspresi yang sama dalam situai yang sama, yaitu santai. Tapi aku tidak! Berkali-kali aku ingin mengubah karakter layaknya seorang sri Hartati yang selalu masuk kuliah hampir tak pernah on time itu.

Namun, berkali-kali pula aku harus gagal menjadi copy pastenya seorang wanita berambut kriting seperti sri! Bagiku, hidup tak bisa hanya mengalir saja! Aku harus membayar semuanya!membayar masa kcilku yang tak pernah menyentuh boneka barbie. Membayar masa kecilku ketika tak punya tempat berteduh, juga membayar cacian-cacian orang ketika aku meminta sedikit rupiah dari kocek mereka. Aku ingin menagis mengingat itu semua. Sampai air mataku ingin tumpauh semua. Tapi, sebisa mungkin kutahan itu. Kutahan agar ia tidak keluar, agar aku tampak gagah, tampak kuat, meskipun ada retak-retak dan pilu yang menyerang di bagian tubuhku yang tak kasat mata, yaitu hati.

Semua kulakukan untuk mimpiku yang terlalu tinggi. Untuk mimpiku yang bermodalkan dengkul!!

Kini ketika mimpi itu nyaris kugenggam, aku bertanya pada Tuhan, kenapa ia mngambl satu-satunya motivasiku dalam hidup? Kenapa dia mengambil harta terbesar dalam hidupku? !! kenapa Tuhan?

Erik. Samuel Erik Prabowo. Adikku, harta terbesarku, kini tersenyum di surga bersama Papa Mama. Dan sekarang aku sendirian. Sebatang kara, duduk termangu di bangku gereja. Aku tak tahu, untuk apa aku sekarang hidup! Semua tak berguna lagi! Semua sia-sia.

“pulanglah anakku.” Ujar Uskup saat aku masih berada di bangku gereja. Menungpahkan tangisku. Mengadu pada Tuhan yessus. Dan berharap ia mengembalikan Erik!! Mengembalikan Erik lagi, agar aku bisa semangat lagi. Erik adalah bensin yang menggerakkan mesin-mesin di otakku. Dia membuat aku sadar, untuk siapa aku berjuang. Tapi, Tuhan!! Kau ambil dia!! Kau ambil urat nadiku!! Dan akupun serasa mati sekarang!!mati Tuhan!!

Bibirku tak hentinya berdoa. Firan-firman Tuhan kubaca. Semuanya kulakukan agar erik kembali, meski itu tak mungkinn. Kenapa harus Erik!! Kenapa bukan aku saja yang dilindas Truk keparat itu!! Kenapa harus Erik yang masa depannya masih panjang! Aku berdoa dalam gelap. Kututup mataku dan membiarkan air mata jatuh membasahi anrok hitan yang kupakai.

“bukalah matamu, kasih.” Terdengar suara Pastor Andre.

Tapi aku tetap larut dalam diamku. Tak kuhirau dia, meski tadinya aku begitu mengagumi Pastor muda itu. Begitu menyayanginya. Tapi, kini tak ada sayang melibihi sayngku pada Erik yang tak bisa lagi kusentuh!!

“kasih...” ujarnya lirih.

“kami mengasihimu, begitu pun Tuhan! Lihat, Erik sudah tersenyum di surga” suaranya terdengar lantang dan tegas.

“pergi...” kata itu keluar dari bibirku tanpa terkendali.

Meski mata tertutup, aku tahu sedikitpun pastor Andre tak bergeming, sesenti pun ia tak melangkahkan kakinya pergi.

@@@

Seminggu setelah kematian Erik

Jika aku bertemu tuhan di surga, maka itu berarti Tuhan menyayangiku. Tapi, jika tidak, berarti ia tak menyayangiku yang selalu membaca firman-firmanya. Tak mengizinkanku bertemu Erik, Mama, dan Papa.

Kulirik jam yang menempel di dinding kamar kontrakanku. Pukul 09.00. waktunya persis dengan waktu kematian Erik. Hari ini, sang pemimpi fenimis akan tinggal sepotong kisah yang belum usai. Kini, sang pemimpi feminis menyerah pada hidup, dendam pada nasib, dan marah dengan kemua ketidakberdayaan!

“selamat tinggal dunia yang kejam...”ujarku lirih sebelum meneguk segelar racun serangga. Guk...kuteguk cairan penjemput maut itu dan itu dengan lancar melewati kerongkonganku. Tanpa kendala, mulus, dan seketika pandanagnku gelap. Apa aku telah mati?

@@@

Samar-samar, daun telingaku yang maih berfungsi, mendengar suara yang mirip nyanyian, berirama, merdu, dan tenang. Begitu tenang.

Perlahan, ada kekuatan yang membuat mataku terbuka. Aku belum mati!! Ini bukan surga atau neraka! Tapi ini rumah sakit! Srgah otakku yang masih berfungsi. Kulirik wanita tua di sampingku. Ia belum menyadari kalau mataku kini terbuka meski aku tak bsa berkata-kata. Ia larut dalam buku kecil bertuliskan Yassin. Yassin!!

“hentikan!!” aku ngin teriak tapi aku tak bisa. Lidahku tak mampu menggapai langit-langit lidah sehingga tak satu huruf pun keluar.

Wanita itu semakin khusuk membaca. Namun terdengar tenang. Siapa dia?

“fasubhanalazi biyadihi mala kutu kullisaiin wailaihi turjaun...sadakaullah hul azin................” diciumnya buku ukuran 15x15 cm itu.

Dan tampak terkejut dengan keadaanku.

Sabtu, 17 April 2010

serpihan novel

A novel by Dwi Permatasari

DoMO aRigat0o GoZA!masU ^_^

Cinta!! Cinta!! Cinta!! Cinta emang nggak ada matinya. Love makes your life beautiful!! Bahkan karena cinta dan kasih sayanglah, novel ini muncul. Karena kasih sayang dan kesempatan yang diberikan Tuhan, goresan-goresan kecil ini menjadi sebuah novel. Karena cinta, novel ini ada, dan karena cinta manusia hidup. Cinta: unspeakable word.unforgettable feeling!!
And sebagai tanda cinta kasih, penulis ngucapin “Domo Arigato Gozaimasu” (sambil membungkuk kayak orang jepang, gitu) buat semua orang yang menjadi motivasi penulis. Thanks to Ebak + Yayah, Khoirul Aini dan Danilah, makasih atas semuanya kasih sayang yang udah berton-ton diberikan dari dalam kandungan sampe sekarang. Mokaseh yayah, ebak. Trus, buat Puji agustina atau bahasa gaolnya Ayuk Ujik, makasih udah jadi sodaraku seumur hidup. kita akan berjuang menjadi dua kakak beradik yang bisa bikin novel. Semangat!! N buat M.Danil Timijaya alias Mamat, adikku semata wayang.maaf yaw kalo kakakmu ini rada cerewet. Maklum banyak makan pedes (hayo..apa hubungannya?). buat someone yang kukenal lewat mimpi, makasih atas kehdirannya. Sebenarnya mimpi-mimpi itu masih teka-teki, tapi biarin..biarin itu jadi kenangan yang entah kapan bisa kebongkar. buat temen-temen SMAN 1 Indralaya Utara, I miss U forever. Buat sohib-sohib di FKIP Bahasa dan sastra Indonesia dan daerah, makasih atas support kalian, walo kita sama-sama cibuk, tapi kita teuteup eksis!!! Ya nggak?? Buat Bu Izzah, S.Pd.,M.Pd., Bu Santi Oktarina, S.Pd.,M.Pd. dosen-dosen yang bikin inspirasi tambah ningkat, makasih atas tetes-tetes ilmu yang telah dibagikan. Domo arigato gozaimasu!!
Buat Mba………………
Snow
Salju. Dari kecil aku selalu ingin merasakan butiran salju di tanganku. Merasakan bagaimana es putih lembut itu membuat dingin kulitku. Aku ingin merasakan hawa dingin keluar dari kedua hidungku dan ketika aku bicara, ada asap-asap yang keluar dari mulutku, seolah-olah aku adalah manusia yang biasa mengeluarkan asap dari mulut. Aku ingin merasakan bagaimana hidung yang membiru karena kedinginan. Aku sangat ingin memakai baju-baju tebal dan mengenakan shal di leher. Aku ingin membungkus kedua tanganku dengan sarung tangan. Ingin memakai topi dari bahan wol yang hangat. Itulah yang aku inginkan ketik pertama kali, saat usai 5 tahun, tepatnya ketika aku tonton video rekaman Om Gun waktu di Prancis. Jelas-jelas mereka membuat aku iri. Lalu aku buru-buru ke kamar. Mengemas pakaian buat ke Prancis. aku sudah rapi dengan pakaian yang super gede, tapi ketika kuajak ajah ke prancis, ayah malah ketawa. Aku tak mengerti. Apa ayah nggak mau ke prancis? Apa Ayah nggak mau merasakan ada asap yang keluar dari mulutnya saat lagi ngomong? Aku heran!!dan tiba-tiba aku merengek ingin ke prancis.
Aku benar-benar nggak tahu kalo Prancis jauh. Ku pikir cukup naik mobil dan sampai!! Tapi...ternyata nggak. Prancis jauh. Jauh banget. Gitu kata ayah, but...aku tetaplah anak kecil waktu itu, yang aku bisa cuma merengek manja sampai akhirnya bunda membuatkan aku coklat panas, my favourite drink. Aku segera menghapus ingus yang sempat meleleh dan berlari ke pelukan bunda.

^_^
Aku pasti nggak akan melupakan moment-momen keluguan seorang Runi waktu itu. Seorang Aruni sakura yang menginginkan tumpukan salju di depan rumahnya. Menginginkan musim salju padahal tinggal di daerah iklim tropis, Indonesia.
Bip!!Bip!! suara alaram hpku berbunyi. Tepat pukul 00.00. semua orang membunyikan terompet tahun baru tanpa dikomandoi. Langit Tokyo seperti lautan kembang api. Cantik dan meriah. Apalagi salju turun. Bener-benr tahun baru yang menyenangkan. Hari ini adalah hari pertamaku di tahun 2015. Ada perasaan yang bergejolak. Ada rindu yang menyeskkan dada. Ada sosok yang tak pernah luput dari memori otakku.
Semakin malam menara Tokyo semakin menunjukkan kecantikan dan keanggunannya. Semuanya berbagi keceriaan di tahun baru. Berbagi cinta dan kasih. Ngomong-ngomong tentang cinta…Cinta telah mengantarkan aku sampai ke Tokyo. Cinta telah menggeserkan Eiffell dan menggantikannya dengan menara Tokyo. Dan sekarang...apakah waktu akan menggeser cintaku. Menggeser bayangan Riyo yang lama bercokol di hatiku. Riyo..aku sangat merindukannya. Merinukan detik-detik perkelahin dengannya. Merindukan senyumnya yang kadng membutku diam-diam mencintainy. Merindukan semua yang ada pada Riyo.
Aku memandang langit Tokyo yang teramat menakjubkan oleh kembang api. Tokyo memang indah. Benar-benar indah... aku akan menghabiskan malam pergntian tahun di lantai tertinggi menara Tokyo. Menghadap ke jendela yang menampilkan pemandangan Tokyo di malam tahun baru. Banyaknya lampu-lampu jalan bagikan lautan kunang-kunang malam. Begitulah kata-kata Riyo yang kuingat lima tahun yang lalu. Lima tahun yang lalu...lima tahun yang lalu...
Winner!

“ Dan…juara umum I kelas XI jatuh pada..... Aruni Sakura!!!“ kata pak Samsul dengan nada setengah berteriak.
Aku berjalan keluar barisan upacara. Hari ini adalah hari kemenanganku yang spesial. Hari yang bener-bener membuktikn kalau seorang Aruni bisa jadi juaram umum lagi. Ayah...aku pasti bisa memenngkan taruhan ayah dan kan mendapatkan beasiswa ke Prancis. Satu tahun lagi..satu tahun lagi aku akan ke Prancis..eiffel, I’m comming!!! Batinku smbil berjalan ke podium upacara.
“beri tepuk tangan yang meriah atas prestasi Aruni sakura!!“ kata Pak Samsul antusias. Tak lama Pak kepala sekolah memeberikan piagan dn tropi juar umum padaku disusul ucapn selamat dari guru yang masing-masing mengembangkan senyumnya. Aku merasa untuk beberapa saart, sekitar 380 pasang mata tertuju ke arahku. Mendapatkan prestasi belajar emang sebuah kebanggaan tersendiri bagiku. I love it so much...
“ selamat ya, Run”..kata Fili setibaku di barisan kelas.
“thanks ya, Fil.“ Aku membalasnya dengan senyum yang mengembang.
“selamat ya, Runi. Lo emang jagonya sekolah. Smart girl“ ujar Adnan yang membuat napsaku kempang kempis saat dia menyalami tanganku.
Adnan berlalu meninggalkan ku yang nyaris pingsan karenanya. Dialah Adnan, cowok yang membuat adrenalinku mengalir lebih cepat, membuat urat saraf sensoris menyampikan ke efektor kalau aku mulai suka padanya
“run? Runi? Hallo?“
„i..iya, Fil? What’s wrong?“
“ye…harusnya gue yang nanya, what wrong with u, Runi?” kata fili smbil ngemut lollipop strowberry.
“udah ah..mending kita masuk kelas.!”kataku mayun dan Fili mengiringiku kesal.
Hari ini hari pertamaku di sekolah. Setelah libur panjang, sekarang aku masuk lagi. Masuk ke kehidupan sekolah yang warna-warni. Apalagi ada murid baru yang lagunya mulai bertingkah. Dasar!!
„kenapa Run. Kok sewot?“
„sapa yang sewot. Gue Cuma heran aja, murid-murid baru sekarang oada belagu.“ kataku sambil menatap ke arah ruang Osis.
“em…gue tahu. Pasti lo sedng meratiin Adnan kan? Hayo ngaku?”
Aku balik ke bangjku. Meninggalkan fili yang masih berdiri di koridor kelas. Kenapa juga aku mesti sewot? Mungkin murid-murid baru itu dapaet tugas dari kakak tingkat. Sma kayak aku dan adnan dulu. Adnan kayaknya hanya menganggap aku temen. Just friend. Hubungan yang bener-bener menyakitkn bagi cewek yng teramat mengagumi adnan. Kenyataan yang mestinya harus kuakui dari dulu. Apa cerita suksesku Cuma ada di peljaran doang? Huh…Aruni! wake up!!
“run…lo kenal Onal nggak? Anak Band sekolah. Onal si vokalis itu.”
Aku mengangguk. Ku lihat ada perubahan dengan rona wajh Fili…atau jngn-jangan.
“lo suka sama Onal?”
“kok..lo tahu si, Run!” katanya sewot tapi pipinya udah kayak lopster rebus.
“fili..lo nggak bisa boong. Kita udh lama sahabatan. Gue udah paham karakteristik lo suka sama cowok. Tanda-tandanya gue udah paham.“
“kita udah jadian!!“ ktanya malu-malu.
“jadian? Kapan? Kok lo nggak pernah cerita? Ciye-ciye yang lagi kasmaran. Sama vokalis , rock stra!! “
„“bisa aja lo, Run. Gue jadian pas ada champing di puncak. Yang waktu itu lo batal ikut. Makanya gue baru cerita sekarang. Onal membak gue pas acara api unggun. Dia nembak gue, run. Dia nembak gue!!”
“bahaya dong. Ntar lo mati. Ditembakkin sama onal. Dor!Dor! hehe…”
“ih…bukan gitu!gimana sih..dia nembak gue pake lagu..rumantis kan. Lagunya Slank..pandangan pertama!! Cob kalo lo ikut waktu itu, pasti lo ngiri deh!”
Bener kata Fili, coba waktu itu aku ikut. Seenggaknya aku bisa lebih deket sama Adnan. Tapi.. Bunda bilng ini itu.. dditambah lagi, katanya ada tamu. Buktinya, tuh tamu nggak datenga-dateng sampe sekarang. Tamu apaan tuh! nggak on time.. gara-gara dia, rencanaku ikut Champing gatot!!
Tiba-tiba soundtrack princess hour berbunyi.
Kulihat bunda calling…
“ya, bungda?”
“Runi, kalau sekolahnya selesai cepet pulang ya. Jangan kemana-mana..oke!”
Tut..tut…
Uh..always like that!!
“tnte Fika ya?”
“iya nih..Bunda ngingatin buat cepet pulang. Gimana gue dapet pangeran kalo abis sekolah langsung pulang ke rumah.”
“loh? Emang lo pingin puny pangeran?”
“iya, dong Fil. Gue sama kayak loe. Masih suka sama yang naamnya cowok.apalagi yang inisail A. paham ente?
“ o…gitu..kirain dah nggak doyan cowok.hehe. inisia A? siapa, Run?”
“pikir ndiri!”

^_^

Uh…capek banget!! Panas-panas jalan ke komplek. Ini semua gara-gara Ayah sama bunda!! Masak nggak dibolehin bawa mobil. Aneh-aneh aja deh!! Dan udah seminggu aku mesti jalan kaki dari depan komplek ke rumah. Coba istrinya mang Robin nggak ngelhirin..loh..loh..kok aku malah nyalahin mang Robin?
Aku menaiki anak tyangga dan menuju ke kamar. Ku pandangi poster gede bergambar eiffel. Satu taon lagi aku pasti ke sana! Ya...ku pasti ke Eiffel. Candle light dinnaer sambil mandang Eiffel. Bener-bener romantis.
Kurebahkan badanku ke spring bed. Dan perlahan kelopak mataku tertutup.
Satu per satu salju turun dari langit. udara yang dingin telah menusuk-nusuk tulangku. Tanganku mulai susah digerakkan karena beku. Gaun selembut kapas dan seputih salju kukenakan. Bener-benar cantik. Tapi...aku mulai kaku...dingin..dan bibirku gemetaran. Tiba-tiba...seseorang meragngkulku dan kumasuk dalam pelukan yang hangat. Pelukan yang kini membuatku lebih hangat seperti aku sedang memakai mantel tebal. Dan bibir tipis itu mengecup bibirku.
Tok..tok..tok...
Terdengar suara ketokan pintu. Aku terbangun.
„runi!!runi kamu di dalam?“
„i..iya bunda. Runi di dalam“?
Segera kubuka pintu dan wajah panik bunda mulai terpasang.
“runi...kamu belum ganti baju? Baru pulang. Duh...cepet ganti baju dan makan. Oke“
“iya..bunda“
Aku merapikan rambutku di depan meja rias.
Mimpi itu lagi. Batinku.
Aku mengambil hp di tas.
“lagi? Seru filli dari hanphone.
„iya, fil. Trus gue mesti gimana dong?“
“Tanya aja sama Issac Newton, Phytagoras, atao galeleo..hehe”
“gue serius Fill. Tadi cowok itu…nyium gue..”
“what? Nyium? Kiss to kiss? Lo inget mukanya?”
“nggak!”
“em…udah dech. Kita liat aja kelanjutannya. Atau..jangn-jangan lo bakal merid pas kita tmat.”
“hus…sembarangan!! Doain yang baik kek! Celutukku.
“sorri dech…oiyah…”
Sedikitpun tak terdengar suara filli.
“hallo? Hallo, fil?
Duh…hpku low bat lagi!!
Segera kututup pembicaraan dengan Filli. Whateverlah, lagian pasti filli bakal ngeledekin abis-abusan tentang mimpiku akhir-akhir ini. Pastinya sobatku itu bakal cekikikan sampai napasnya bengek. Sebenarnya aneh juga sih..sepuluh hari berturu-turut mimpi gue sama mulu! Dengan seseorang yang datang tiba-tiba padaku. Aku yang pake gaun. Banyak orang kayak lagi party, dan aku kayak lagi make gaun pengantin? Gaun pengantin? Bener! Itu yang aku alamin selama 10 hari berturut-turut.

puisi

Lewat Sunyi, Kusampaikan Salam

Karya Dwi Permatasari

Dalam sujud di tengah sunyi pekat…
Malam berpayung hitam
Kudengar bintang-bintang itu bertasbih-tahmid,
Tapi mengapa...
Khalifah-khalifah kecil itu...
Enggan menggeser mimpi..
Sampai pagi buta..
Tak menyisakan padang doa,
Jibril…kembalilah ke langit

Tak ada perenungan..
Apatah…tangisku tak memecah langit
Takbir kini samara-samar..
dan negeri para nabi..
Tak menunjukkan nabi..
Serambi mekkah..
Menyisakan duka dan perih...
Tambang-tambang iman...
Terkontaminasi,ternodai,ter..ter..ter..terlalu pongah,poyah, dan pecah...
Bumi...tanpa khalifah mulia
Semua!!!tengok...!!
Cuma menengok jazirah
Cuma, tanpa mau bibirnya berkata allahuakbar!!
Dari kotak bicara itu, aku tak ingin melihat dunia..

Dalam sujud di tengan sunyi pekat
Malam berpayung hitam
Kudengar bintang-bintang itu bertasbih-tahmid,
dengan rendah, lembut, dan takut...
Mengabarkan tentang bumi para nabi, blokade-blokade,
Amunisi, dan tangis wanita-wanita berjilbab...
Sampaikan salamku...ya Robb..
Salam kasih untuk kekasih yang paling terkasih,
Baginda Muhammad bin Abdullah.
Bukit Lama, 12 Maret 2009

cerpen

Almamater

Bis Bukit Indralaya merayap di atas jembatan musi 2. seperti biasa, aura nonsolidaritas diobtral. Siapa cepat, dia dapat. Kotak berjalan ini seolaha tak ada belas kasih. Yang telat, jangan harap akan duduk. Prinsipnya simpel, relakan kaki anda untuk berdiri atau duduk di kursi tembak.
Citra memindahkan tasnya di bahu kiri. Gila! Sudah l40 menit 30 detik dia berdiri. Tak satu pun kaum adam yang rela membeRikan tempat duduk. Ap istilah ladies first hanya ada di kitab kuno atau haruskah bis ini tenggelam bersama Titanic? Entahlah, bagi Citra hal itu tak masalah, tapi bagi Ibu-Ibu berseragam hijau itu sepertinya layak duduk karena usia mereka rawan osteoporosis. But...terlalu memakan waktu untuk menjelaskan pengertian solidaritas kepada calon-calon sarjana yang mengntongi individualitas.
Hp layar monocrom Citra bergetar. 1 massage. Read.
Cit, ge dmn?LEZ (TENO)
Dempetan mahasiswa di bis tak memungkinkan Citra tuk membalas sms dari Teno. Tapi wajah sang gubernur mahasiswa itu yang menerawang. Ekspresi cuek dicampur tampang intelek, hanya saja, persentasi cuek lebih dominan. Plus superduper on time. Apa itu imbas didikan orang barat saat Teno ikut shoolarship di Chicago university?
***
Bis masih menyusuri jalan lalu melewati landmark palembang bari-bari yang sudah usang. Kepala calon-calon strata satu dalam bis sIbuk dengan lamunan masing-masing.
“Aje gila, bro! liat tuh caleg-caleg sekarang!” komen cowok kribo sambil melihat postre caleg di sepanjang jalan.
“napa?” kata temennya yang memakai polo T-shirt coklat.
“ bayangin aja, ngalon anggota legislatif udah kayak beli lotre!”
“ biarin aja. Kok lo sewot,”ujar si polo T-shirt.
Pembicaran itu dikalahkan suara lagu-lasgu yang diputar di bis. Beda dengan barisan yang berdiri, penumpang di jok belakang asyik nikmatin lagu hip hop by jikustik. Bisa dianalogikan kalo musik pagi kayak sarapan pagi. Tapi ada juga komunitas yang menganggap tidur pagi juga selevel dengan musik pagi. Hallo? Apa artikel tentang penyakit beri-beri belon terbaca?
Lagi-lagi, hp butut Citra bergetar. Privat number.
“ hallo?“ suara ngebas terdengar.
“ya, hallo? Ini siapa?“ balas Citra.
“ kamu dimana sekarang? Bisa on time nggak? Jangan kerena nila setitik, rusak susu sebelanga. Analisis lagi opini kamu dan fakta publik. Jam 09.00 pagi acara mulai. Bye.“
tut..tut..tut..pembicaraan diputus tanpa jeda untuk Citra menjelaskan tentang planning pagi ini.
Tiga puluh dua kilmeter dari palembang, bis berhenti. Rupanya Ibu-Ibu berseragam tadi stop di timbangan km 32.
“mbak, silakan duduk,” tawar seorang cowok berkacamata yang tampaknyz sudh semester atas.
Citra tersenyum dan menggeleng pelan.
Sudah telat, mas. Batin Citra. Dia tetep keukeh berdiri sampai gerbang kampus. Anggap saja pagi ini dia ikut upacara bendera.
***
“ sir, si Citra amnesia ya? Masak udah jam segini belum datang!” komplen Teno.
“ sabar, ten. Mungkin dia lagi di jalan. Seng sabar,’’ jelas Basir dengan logat jawa yang medok.
Teno menghembaskan napas. Seumur-umur kuliah, baru kali ini dia menungu. Padahal, momen debat kali ni bukan main-main, yakni antarmahasiswa sumater-jawa. Sebagai tuan rumah, Teno nggak mau mengobarkan bendera putih di kandang sendiri.
Auditorium mulai dipenuhi mahasiswa-mahasiswa berjas almamater masing-masing. Panitia mulai mendata peserta. Teno sebagai ketua tim mancatat nam anggotanya.
“ saudara Teno, tim anda harus lengkap dulu baru boleh masuk,” jelas panitia.
Deengan wajah tenang, Teno mencoba menghubungi Citra. Tapi malah suara operato yang terdengar. Maaf, nomor yang anda tuju sedang sIbuk..
***
Satu per satu mahasiswa turun sesuai fakultas. Citra turun sambil membawa map merah. Kakinya setengah patah. Enam puluh menit berdiri bukanlah waktu yang sebentar. Dia langsung menuju pintu dekanat. Hari ini juga syarat-syarat beasiswa harus dikumpul. Rasanya tidak etis kalo dia gagal hanya kerena deadline alias telat. No way!
Hp Citra bergetar. Basir calling.
“ya, sir.“
“Cit, sampean dimana? Piye iki? Seng cepat ya. Acara ne mo dimulai, “jelas Basir lalu memutus pembicaraan
Lima menit sebulum lomba dimulai, Citra datang. Sumpah! Wajah di depannya seolah bukan Teno seminggu yng lalu.
“Sorry,I’m late…”
“Nggak usah sok inggris. Cepat absen,” ujar Teno sambil memakai almamater kuning.
Suasana auditorium mulai riuh-rendah. Walaupun masalah BHP sudah lama terdengar dan aksi demo mahasiswa sudah banyak di tivi-tivi, hal itu tak mengurungkan niat panitia untuk menggelar even akbar mahasiswa sumatera-jawa.
“Teno Amuk Duta, Citra Musiana, dan Basir.” panitia menyebutkan nama ketiga mahasiswa itu lalu membeRikan ID card. Setelah acara pembukaan oleh rector, panitia menerangkan kriteria lombat debat.
Sesi pertama, antaramahasiswa Banda Aceh vs mahasiswa Malang. Selanjutnya mahasiswa Medan vs mahasiswa Jogja. Debat berlangsung alot, seru, dan menebarkan. Menggambarkan mahasiswa-mahasiswa berotak encer, high class intelegentcy, dengan IQ di atas rata-rata, ditunjang kemampuan bahasa yang apik, cerdas, dan licin seperti diolesi pelumas.
“syukurlah, kita dapat sesi kedua,” kata Basir disela-sela isoma.
Teno hanya diam. Sepertinya tak sabar lagi menumpahruahkan isi otaknya yang berjuber masalah BHP. Memon ini mirip dengan deskripsi Andrea Hirata dalam Lascar Pelangi. Walau tak melewati 40 buaya sperti Lintang, Teno sudah punya argementasi superkuat dalam debat ini.
Auditorium kembali sIbuk. Walau kursi sudah banyak yang kosong, tak membuat argumentasi pesert debat jagi kosong. Di detik-detik tampil, Citra melukis wajah Ibunya di benakknya. Entah kenapa, pagi ini Ibunya mengantar Citra sampai di pagar bambu rumahnya, seolah Citra akan pergi jauh.
Tombol sesi kedua berbunyi. Teno, Citra, dan Basir maju dengan almamater kebanggaan. Argumentasi-argumentasi mereka membantai tim pro BHP. Seperti dalam pertarungan tinju, Teno dkk mengKnock-Out lawan. Tiket semi final, di pihak mereka.
“besok kita semifinal. Harus lebih baik!” pesan Teno.
Basir mengangguk penuh keyakinan.
“Cit! Citra musiana?” panggil Basir lengkap.
Citra hanya menyunggingkan senyum beberapa senti.
“yaudah, ayo masuk!” Teno mencolokkan kunci mobilnya.
Honda jazz meluncur dari lapangan parkir auditorium. Di terminal Karya Jaya, Basir stop.
“ndak mampir dulu, friend.”tawar Basir.
“thanks, Sir. si Citra kan mu diantar juga kan?” Teno melirik Citra di jok belakang.
“pindah aja ke depan Cit,“ kata Teno sedikit ramah.
“oya, kita bisa langsung ke rumah sakit?”
“kamu sakit?“
“Ibuku masuk rumah sakit“ ujar Citra pelan sambil membaca sms dari adiknya.
***
RS Muhammad Hoesan…
“Ibu masih diopname, mbak,”jelas Rika.
Teno berdiri di samping Citra dan adiknya.
“selesai nganterin mbak, Ibu ke tempat pak Rt. Tiba-tiba jantung Ibu kambuh.“
Jelas Rika denagn mata berkaca-kaca.
“tapi Ibu udah membaik,“ tambah Rika.
***
Hari ini kegiatan full di audit. Semi final dilanjutkan final. Sekarang adalah penentuan juara I, II, dan III. Ketika microphone dIbunyikan seolah detak jantung peserta debat juga terdengar. Teno Citra, dan Basir maju ke panggung. Lebel juara II sudah membeuat mereka puas. Tak bisa dipungkiri, anak-anak Jogya lebih kualifikatif. Beda beberapa poin, Teno dkk di posisi runner up. Bendera kemenangan kini di tangan.
***
Sesampai di rumh sakit, perawat memberi kabar kalau bu hafifah, Ibu Citra sudah dibawa pulang. Teno lalu mengantar Citra ke rumah. Sesampai di pagar bambu rumahnya, Citra seperti disambar gledek. Bendera kuning di pasang di sekitar rumahnya. Jendela dan pintu-pintu dIbuka lebar. Ibu-Ibu memakai jilbab hitam dan bapak-bapak berpeci sIbuk mondar- mandir. Buru-buru Citra masuk. Tanpa bertanya, dia sudah tahu arti mata Rika yang berkaca-kaca. Dilihatnya sosok tertutup kain putih dan kaku. Tiba-tiba...pandangan Citra gelap.(wiE)
My Kim Bum

Oleh Dwi Ichiko

Hai, Sob!!! Hari ini, Sob. Kita akan berbicara tentang hari ini. Hari pertama di tahun 2010. Kau tahu, Sob. Aku benar-benar nggak ingin hari ini ada. Hari yang membuatku akan jauh dengannya. Aku benci hari ini. Tapi walaupun aku protes, waktu takkan memberikan toleransi. Waktu akan tetap berjalan 24 jam. Sama seperti hari-hari sebelumnya. Andai aku bisa negosiasi dengan waktu, kan kukeluarkan jurus tawar-menawar yang paling ampuh seperti yang sering kulakukan di Pasar 16 Ilir. But it’s imposible coz time still goes on.
Love will find its way. Cinta akan menemukan jalannya. Dan aku berusaha menemukan jalan cintaku. Aku berusaha membuat kesempatan supaya cinta itu bisa lahir, tumbuh , dan berkembang. Karena cinta bukanlah sesuatu yng instan. Cinta butuh proses, itu kata Kak Sigit, sepupuku. Cinta ‘kan tumbuh jika sering bertemu, itu pesan Kakek dalam bahasa Jawa yang sudah ditranslit ke bahasa Indonesia. Tapi..siapalah yang tahu isi hati orang. Aku berusaha menerka-nerka wajahnya. Aku berusaha membaca matanya. Aku berusaha mengartikan setiap ucapannya. Aku berusaha menarik kesimpulan pahit yang lebih pahit dari pil wasir. Kesimpulan bahwa sebenarnya tak ada cinta di mata Dava. Ya..Tuhan, semoga hari ini aku kuat.
Oya, Sob. Mungkin aku belum cerita tentang Dava. Seseorang yang membuatku jatuh cinta karena intelektualitas yang dia miliki, pemikiran-pemikirannya, ketampannnya yang mengimbangi Kim Bum, si aktor korea dalam Boys Before Flower, cara dia bersikap, cara dia mengambil keputusan, dan begitu banyak alasan-alasan lain yang membuat aku sama seperti 213 siswi di SMA ini yang tergila-gila padanya. But..aku beda, Sob. Kalau 213 siswi itu hanya mampu mengagumi KimBumnya SMA, aku malah mencari cara untuk bisa mengenal Dava lebih dekat. Karena masih menurut Kak Sigit, sepupuku, kesempatan tidak akan memberi kita tempat, namun kitalah yang harus menciptakan kesempatan. Masuk akal, bukan? Dan itulah yang mendorongku saat beberapa bulan yang lalu. Aku mengusulkan sebuah Pensi. Ya, sebuah pentas seni, Sob. Tapi ini bukan sembarang pentas seni biasa. Ini adalah pentas seni luar biasa karena memadukan unsur art, teknologi, estetika, dan kejeniusan dalam berseni. Tak hanya itu, aku juga mengonsep tentang 4 bintang tamu yang mirip empat bintang keren Korea dalam Boys Before Flower.
Entah keberanian siapa yang aku telah curi, akhirnya aku memencet nomor handphone Dava yang sudah kuingat di luar kepala.
“Hallo?“ suara Dava terdengar.
Suaranya membuyarkan konsentrasiku. Kata-kata yang sudah kususun kini berantakan. Aku hanya bisa eng...eng..dan dengan sigap, kumatikan telpon.
Aku menarik napas lagi, Sob. Dan menekan beberapa digit angka di keypad handpone.
“Hallo? Maaf, ini siapa ya?“ tanya Dava dengan nada datar.
“Maaf, saya Kira anak IPS 3“ jawabku masih gugup.
“Mungkin anda salah kira, saya anak IPA 1.” Jawabnya masih datar.
“ Sori, maksud saya. Nama saya Akira Azadia. Biasa dipanggil Kira. Anak IPS 3. Saya ada usul yang spektakuler tentang Pensi bulan tahun ini!” kataku dengan retorika yang meyakinkan.
“Nama kamu Kira. Sori ya, saya lagi di lapangan basket sekarang. Nanti saja kita bicarain. Bye!“
Uh...aku menghempaskan napa. Legah...jadi seperti itu suara Dava kalau di telepon.
>_<


Rasanya aku senyum-senyum sendiri mengenang saat-saat pertama aku menelpon Dava. Kedengaran ketus tapi cool. Dan setelah kejadian itu, aku mulai memutar otak. Mengonsep sebuah pensi yang akan membuat Dava benar-benar memuji pensiku. Ya, aku harus buktikan kalau aku bisa kreatif dan inovatif. Mungkin tampangku tak secantik Nina, badanku juga tak sejangkung Sebrina, tapi…aku punya otak yang menurutku bisa mengalihkan semuanya. Bukankah cewek cantik itu sudah banyak, Sob? Tapi..smart girl is langkah. Ya kan, Sob?
Hari sabtu, habis pulang sekolah. Aku dan Dava rencananya akan membicarakan konsep pensi di caffetaria. Aku mempersiapkan hari itu, bukan dandan menor ala Cika, bukan menambah parfum seperti yang disarankan Fury. Tapi aku menyusun kata. Mengonsep kalimat per kalimat yang harus kukeluarkan jika aku mempresentasikan pensiku. Aku tak ingin kegugupanku membuat aku tampak bodoh dan tolol atau hanya terbata-bata seperti anak kelas 1 SD. No way, Sob!!
Beberapa menit menunggu membuat laptopku habis batrerai karena selalu ku otak atik Microsoft Power point. Aku mulai mengalihkan pandanganku ke sekitar. Ternyata caffetaria makin sepi. Tak terasa hampir dua jam aku menunggu Dava di sini, di kursi pojok yang menghadap toko bunga. Apa karena seorang Dava aku tak merasakan lamanya menunggu? Entahlah, Sob. Mungkin ini yang di namakn cinta itu butuh pengorbanan.
Baterai laptopku sudah penuh. Tapi bayangan Dava tak tampak. Caffetaria sepi. Dari gesture pelayan, aku sudah mengerti bahwa ia ingin mengatakan “Maaf, ini sudah masuk Mahgrib. Sono pulang!!”. Dengan perasaan penuh kecewa aku meninggalkan caffetaria Sesekali kutoleh ke belakang, berharap Dava memanggil namaku dan mengatakan maaf dia telat karena ada urusan, lalu dia mengantarku pulang. Tapi, Sob. Aku bukan dalam serial drama Korea sekarang. Aku tetaplah aku, seorang Akira Azadia. Aku pulang diikuti suara Rian d’Masiv, dalam lagu Jangan Menyerah yang menyala di MP4.

^_^

Tak ada telpon atau sms yang masuk di handphoneku. Apa Dava telah melupakan pertemuan di cafftaria yang menurutku akan menjadi pertemuan yang saklar?. Huh…aku tak paham dengan Dava. Kenapa dia mengecewakanku?
Aku melihat keluar jendela. Tepat di lapangan Basket, si Dava dengan asyik memainkan si bulat orange. Ada suara yang berbisik kalau seperti bola basket itulah si Dava mempermainkan perasaanku. Tidak!! Tidak, Sob. Aku nggak termakan dengan bisikan itu dan masih larut dengan positive thinking tentang Dava walaupun ada segunung rasa dongkol di hatiku!!
-_-

“Hallo, Kira”
“Halo? Ini siapa ya?” kataku ketus dengan nomor baru yang masuk..
“Aku Dava, anak kelas IPA 1. Kamu ada waktu?“
“Em...ada, Dav. Abis pulang sekolah, aku nggak ada kegiatan.“
“Ya udah, abis pulang sekolah aku tunggu di Hotspot. Thanks.“
Tut..tut...
Beberapa kali kulirik jam di kelas. Lima menit lagi. Lima menit lagi bel berbunyi.
Aku datang on time sesuai janji. Aku tak ingin cap ngaret melekat di pribadiku. Karena sudah kubilang, Sob. Aku ingin beda di mata Dava.
“ Hai…” aku coba tersenyum dan mempersilakkan Dava duduk layaknya partner bisnis yang akan melakukan lobi.
Sore ini semua tanpa persiapan. Bagiku, ada atau tanpa persiapan, hasilnya juga akan sama. Aku gugup di depan Dava.
Dari awal sampai akhir, Dava hanya menggut-manggut saja. Cool, keren, tapi gayanya intelek nauzubillah. Benar-benar wajah KimBum.
“Smart. Oke. Pensi kali ini, konsep kamu yang dipakai, Akira. Aku setuju.“ Ujar Dava sambil tersenyum.
Yess!! Kugigit bibirku tanda aku totally fine!! Kalau anak yayasan sudah bilang kayak gitu, yah…mau gimana lagi? Ya kan, sob?

^_<

Hari-hari berikutnya adalah hari yang sibuk tapi happy. Ternyata berada di dekat orang yang kita cintai akan membuat adrenalin meningkat, bukanlah teori semata. Itu betul, Sob. Dan akulah korban dari teori klasik itu. Meski aku capek ngurus ini itu seputar pensi, tapi aku tetap semangat. Kesabaran itu emang berbuah manis. Semanis senyum Dava saat melihat pekerjaanku selesai. Kami seolah dikejar deadline, tapi aku tetap fokus pada Pensi. Sebagai ketua pelaksana, aku sering pulang paling akhir. Itu sangat menyedihkan. Dan yang paling menyedihkan kenapa hati Dava tak terniat untuk mengantarku pulang. Atau bertanya,” Mau diantar, Kir?“ Never...he never say that.
Tanggal berganti tanggal. Tak terasa persiapan pensi sudah matang. Semuanya sudah siap. Sesiap perasaanku saat kutahu alasan-alasan sikap biasa Dava padaku. Kenapa dia tidak berniat mengantarku? Kenapa dia jarang on time? Itu semua karena prioritas Dava bukanlah aku, sob. Bukanlah pada Akira Azadia. melainkan..pada cewek yang bernama Nerra. Nera Antika Karpov. Nama yang cantik yang dimiliki oleh putri seorang Ambassador.
Sudahlah, Sob. Aku tak ingin membahas profil tentang siapa itu Nerra. Bagiku dia adalah cewek yang paling beruntung seantero SMA, bahkan sejagat raya!! Sekarang, aku harus datang ke sekretariat. Ada acara ramah tamah tentang suksesnya pensi tahun ini. Semoga aku bisa tahan dengan pemandangan di depanku. Pemandangan panitia yang kini membawa gebetan mereka. Dan tibalah giliran Dava memberikan sambutan terima kasih kepada panitia. Senyumnya mengarah ke arahku. Tapi..apalah arti senyum itu, Sob. Senyum yang tak kan kutemui setelah hari ini. Setelah acara ini.
Semua panitia menerima sertifikat, termasuk aku. Tapi, yang kudapat bukanlah piagam melainkan sepucuk surat dalam amplop.
Dan tepat di depanku, aku melihat dava melepas pelukan Nerra. Perih. Mataku benar-benar perih melihatnya, Sob. Tak peduli siapa yang memeluk dan dipeluk. Tapi...
Aku berlari ke WC. Penutup yang sangat buruk. Apa cintaku tersesat dan tak menemukan jalannya? Sudahlah Kira, yang penting kau telah berusaha. Kataku menabahkan diri dan menghapus air mataku.
Di pintu keluar WC, aku melihat Dava berdiri di depanku.
“Selamat, Kira. Kamu berhasil. Kamu sukses.“ Katanya tersenyum.
“ Iiya, tapi..ini semua bukan aku yang ngerjain. Panitia lain juga total.“ Kataku sesekali menghapus air di kelopak mata.
“ Aku…ada urusan. Permisi.” Kutinggalkan Dava yang masih berdiri.
“Akira! Tunggu!! Sekali lagi selamat. Selamat karena kamu telah berhasil mengonsep pensi ini dan kamu juga sukses membuat aku jatuh cinta sama kamu.“
Aku menoleh.
“Sorry, tadi bilang apa Dav?“ kataku ragu.
“Aku cuma ngucapin selamat.“ Katanya santai.
“B ukan? Bukan yang itu. Tapi...sudahlah. Permisi.“ Aku berlalu menginggalkannya.
Semua properti sudah dikembalikan di tempat semula. Aula sekolah mulai sepi. Aku harus pulang. Pulang dengan perasaan yang nano-nano. Huh...
“Hai, sendirian?“
“Dava? Iya..aku baru selesai.“ Kataku sambil menyampingkan tas di bahu.
“Aku bingung, Akira. Kupikir kamu cewek yang cerdas tapi...masak aku yang harus terus terang. Kamu belum baca surat tadi?“
Surat? Oh, iya..aku emang belum membaca surat itu. Kubaca baris demi baris kalimat di surat tugas itu. Ternyata amplopnya doank yang bertuliskan surat tugas. Isinya benar-benar membuat aku terharu.
“ Aku mengagumimu, Akira. Semula aku tak yakin. Tapi..hati kecilku tak bisa berbohong. Bahwa aku mencintaimu Akira Azadia.”
Kutatap wajahnya. Ya Tuhan….apa ini mimpi? Kak Sigit!!! Kakek!!! Ini nggak mimpi kan?
“ Mau pulang bareng, Princess?” katanya sambil tersenyum.
Ya ampun Sob…siapa yang bisa nolak tawaran seorang KimBum. Aku mencintai hari ini dan aku mencintai cowok yang berada di sampingku sekarang yang sedang nyetir dan begitu tulus menyatakan cintanya padaku. Aku akan mencintainya, Sob. Karena aku ingin jatuh cinta satu kali seumur hidupku dan cintaku untuk Dava. My Kim Bum.

selamat membaca

A Message From Gie

“Tidak!!! Tidak!! Tidak…

Suaraku menggema dari bibir jurang. Tubuhku kini bermandikan keringat. Habis sudah. Habis sudah riwayat seorang Fitoy jika dahan pohon ini bergerak beberapa senti saja! Seorang Fitoy akan meninggalkan nama doank. Just it! Besoknya koran akan laku keras dengan hot news Mahasiswa Tewas di Jurang.

Tanganku masih memegang dahan pohon. Gelap sekali di bawah. Terjal, gelap, atau apalah kata yang cocok mewakilinya. Rasanya aku sedang berada di tenggorokan seorang raksasa. Tinggal menunggu hitungan menit sampai tanganku tak kuat bergelantungan, lalu..

“Fitoy!!!“

Aku mendongakkan kepala. Ada orang?

“ya, gue di sini!”balasku dengan penuh harap.

Syukurlah seutas tali dilontarkan padaku. Aku berusaha meraihnya dan dengan sekuat tenaga, aku naik ke atas.

“Fitoy!“, kata seseorang memanggil namaku. Suara yang sama dan tiba-tiba sesosok tubuh memelukku. Samar-samar kulihat wajah pemuda itu walaupun kabut membuat pemandangan serba putih. Wajah yang...

“Saudara Fitoy!!“ terdengar suara Pak Pato, dosen killer serupa Prof. Snap di film Harry Potter.

Ha? Suara Pak Paton? Jangan-jangan…

“Saudara! Ke-lu-ar!!” teriak Pak paton dengan menekan kata keluar.

Aku beranjak dari kursi. Meninggalkan pulau-pulau yang kuciptakan saat molor.Bagaimana nggak molor? Si profesor yang sibuk berkhotbah, sibuk dengan university of live, sibuk dengan dokrin-dokrin, tanpa memikirkan kejemuhan audiens!

“permisi, Pak.“kataku sekenanya.

Klik. Kututp pintu ruangngan B 1211 itu. Ini kali ketiga aku hang out mata kuliah prof. Snap. Sebenarnya, apa yang kucari dari kuliah? Entahlah…

***

“Fitoy!Cuy! gabung nggak?”Tanya Beni dari sudut kantin. Mata Beni mengarah padaku, tapi jari-jarinya sibuk memegang gaplek,melemparkan kotak kecil itu dan “gap!”teriaknya tiba-tiba. Aku melihatnya dari jarak 2 meter. Itu hiburan, permainan, atau apa? Aku mulai jenuh.

Empat puluh lima menit aku di sini. Tepatnya di bangku panjang favoritku dekat koridor kelas. Pak paton suda keluar dengan membawa dua tas, tas laptop dan tas arsip. Pemandanagn yang lazim kutemui dari seorang dosen kepala lima. Lalu, tubuh tinggi dengan jenggot putih yang khas itu menghampiriku.

“saudara Fitoy. Jika anda tidur lagi, jangan harap bisa masuk di kelas saya!” ancam pak paton seperti menakuti anak SD.

Aku mayun. Berjaln meninggalkan si dosen yang belum menutup kultumnya.

Lagu opening Naruto terdengar dar tasku.

Diza calling…

“hallo, Fit.”

“da pa, Diz. To the point!”

“aku ada perlu. Kita ketemu di perpus. Sekarang kan lo nggak kuliah.”

“tahu dari mana?“

“feeling“

“Dasar cewek.“

Tut..tut...pembicaraan terputus.

***

Perpustakaan...

“ada ya, ruang kayak gini di perpus?“

“ya iyalah..masak ya iya dong! Makanya Bung, jangan Cuma hang out ke mall aja, sekali-kali ke perpus kek!” terang Diza yang mulai cerewet.

Aku Cuma diam. Kupandangi sudut demi sudut ruang baca ini. Beberapa lemari berisi buku-buku tebal. Ya iyalah.inikan perpus! Beberapa foto dipajang di dinding yang bercat biru muda. Desainnya juga lumayan. Mungkin ini yang membuat Diza dan anak-anak lain sudi mampir. Aku pun iseng-iseng berdiri di depan rak buku, sok-sok mencari buku. Tapi, baru lima menit aku balik lagi ke meja lesehan.

“lo gimana sih. Bukannya bantuin malah asyik duduk.“ protes Diza sambil membwawa tumpukan buku tebal.

“buat apaan nich. Masak lo mau baca semuanya. Nggak mungkin kan?”

“sapa juga y7ang mo baca. Gue Cuma pingin ngutip pendapat orang-orang di buku ini. Paham?”

“iya bu guru.” Kataku dan menutup kicauan Diza.

Diza amsih berkutit dengan tugasnya. Sementar aku mulai jenuh. Kuhampiri beberapa bingkai foto yang kulihat tadi.

“diz, ni orang siapa?“ aku menghampiri Diza sambil membawa bingkai foto hitam putih.

“Gie!“

“Siapa?“

“Soe Hok Gie.“

Gie? Soe Hok Gie? kKenapa dia datang di mimpiku?

“pasti lo nggak tahu kan? Nih baca!“

Diza menyerahkan sebuah buku berjudul Soe Hok Gie, Catatan Seorang Demonstran.

Rabu, 14 April 2010

YANG BARU

1. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang berfungsi untuk menyampaikan informasi berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsug. Manusia sebagai pengguna bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam berkomunikasi. Dalam bahasa terdapat varian atau ragam bahasa yang merupakan akibat dari keragaman social penutur bahasa dan fungsi bahasa Indonesia yang terdiri dari banyak daerah memungkinkan sebagian besar daerah mempunyai dan menggunakan status bahasa “tinggi atau rendah” dalam suatu keadaan. Fenomena ini dalam bahasa sosiolinguistik dikenalk dengan istilah diglosia.

Diglosia ini terjadi apabila dalam suatu masyarakat terdapat dua varian bahasa yang saling berdampingan satu sama lain dalam pemakaiannya dan mempunya fungsi sosial yang disadari masyarakatnya. Penggunaan salah satu varian dalam diglosia, misalnya varian tinggi membuat pengguna bahasa mengerti penggunaan ragam resmi, maka dari itu, makalah ini juga menyinggung masalah bahsa resmi, dalam hal ini bahasa baku yang menjadi pedoman ragam resmi sehingga pengguna bahasa tidak hanya menggunakan varian-varian saaj namun juga mengetahui lebih dalam tentang kajian bahasa baku yang menungjang salah satu varian.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah; apakah yang dimaksud dengan diglosia? Apakan yang dimaksud dengan bahasa baku? Dan bagaimana contoh dari pristiwa diglosia dan bagaimana contoh bahasa baku yang baik dan sesuai dengan ejaan yang disempurnakan?

1.3. Tujuan

Tujuan makalah ini adalah menjelaskan pengertian diglosia dan bahasa baku serta menerangkan peristiwa diglosia yang terjadi di statu masyarakat dan menjelaskan contoh bahaa baku.

1.4. Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan yang muncul di latar belakang, yaitu menjelaskan pengertian diglosia dan bahasa baku serta menerangkan peristiwa diglosia yang terjadi di statu masyarakat dan menjelaskan contoh bahaa baku.

2. PEMBAHASAN

2.1. Diglosia dan Bahasa Baku

2.1.1. Pengertian Diglosia

Diglosia berasal bahasa Prancis yaitu digglosie yang pernah digunakan oleh Marcais. seorang linguis Prancis. Tetapi istilah itu terkenal dalam studi linguistik setelah digunakan oleh seorang sarjana dari Stanfort University, yaitu C.A. Ferguson tahun 1958 dalam situasi simposium tentang “Urbanisasi dan bahasa-bahasa standar” yang diselenggarakan oleh American Anthropological Assosiation di Washington DC. Kemudian Fergusom ,menjadikan lebih terkenal lagi istilah tersebut dengan sebuah artikelnya yang berjudul “Doglosia” yang dimuat dalam majalah Word tahun 1959. artikel ini kemudian dimuat juga dalam Hymes (ed.) Language in culture and Society (1964:429-439) dan dalam Giglioli (ed.) language and Social Contect (1972) hingga kini artikel Ferguson ini dipandangs ebagai refrensi klasik mengenai diglosia, meskipun Fishman (1967) dan Fasold (1984) ada membicarakannya juga.

Diglosia adalah suatu situasi bahsa di mana terdapat pembagian fungsional atas varian-varian bahasa atau bahasa-bahasa yang ada di masyarakat. Yang dimaksud ialah bahwa terdapat perbedaan antara ragam formal atau resmi dangan tidak resmi atau non-formal. Contohnya misalnya di Indonesia terdapat perbedaan antara bahasa tulis dan bahsa lisan.Diglosia adalah situasi kebahasaan dengan pembagian fungsional atas variasi bahasa atau bahasa yang ada dalam masyarakat (misal ragam atau bahasa A untuk suasana resmi di kator dan ragam atau bahsa B untuk suasana ‘intim’ di rumah). Istilah diglosia ini pertama kali digunakan dalam bahasa Perancis diglossie uang diserap dari bahas Yunani oleh bahasawan Yunani Loanni Psycharis. Pada tahun 1930, istilah ini digunakan juga oleh ahli bahasa Arab, William Marcais.

Diglosia (diglossia) adalah situasi bahasa dengan pembagian fungsional atas varian-varian bahasa yang ada. Satu varian diberi status “tinggi” dan dipakai untuk penggunaan resmi atau pengggunaan public dan mempunyai cirri-ciri yang lebih kompleks dan konservatif, varian lain mempunyai status “rendah” dan dipergunakan untuk komunikasi tak resmi dan strukturnya disesuaikan dengan saluran komunikasi lisan.( Kridalaksana,2008:50)

Menurut henscyber dalam http://anaksastra.blogspot.com, diglosia adalah penggunaan dua bahasa atau lebih dalam masyarakat, tetapi masing-masing bahasa mempunyai fungsi atau peranan yang berbeda dalam konteks sosial. Ada pembagian peranan bahasa dalam masyarakat dwibahasawan terlihat dengan adanya ragam tinggi dan rendah, digunakan dalam ragam sastra dan tidak, dan dipertahankan dengan tetap ada dua ragam dalam masyarakat dan dilestarikan lewat pemerolehan dan belajar bahasa.

Chaer dan Agustina (1995: 148) menerangkan bahwa Ferguson menggunakan istilah diglosia untuk menyatakankeadaan suatu masyarakat dimana terdapat dua variasi dari satu bahasa yang hidup bedampingan dan masing-masing mempunyai peranan tertentu. Bila disimak, definisi Ferguson memberikan pengertian:

1) diglosia adalah suatu situasi kebahasaan yang relatif stabil, dimana selain terdapat sejumlah diale-dialek utama ( lebih tepat ragam-ragam utama) dari suatu bahasa, terdapat juga sebuah ragam lain.

2) Dialek-dialek utama itu diantaranya bisa berupa sebuah dialek standar atau sebuah standar regional.

3) Ragam lain (yang bukan dialek-dialek utama) itu memiliki ciri :

ü Sudah sangat terkodifikasi

ü Gramatikalnya lebih komplek

ü Merupakan wahana kesusatraan tertulis yang sangat luas dan dighormati

ü Dipelajari melalui pendidikan formal

ü Digunakan terutama dalam bahasa tulis dan bahasa lisan formal

ü Tidak digunakan (oleh lapisan masyarakat manapun) untuk percakapan sehari-hari.

2.1.2. Topik-topik Diglosia

Masih dijelaskan oleh Chaer dan Agustina (1995: 150), Ferguson membicarakan diglosia itu dengan mengambil contoh empat buah masyarakat tutur dengan bahasa mereka. Keempat masyarakat itu adalah masyarakat tutur bahasa Arab, Yunani modern, Jerman Swis, dan Kreol Haiti. Diglosia ini dijelaskan oleh Ferguson dengan sembilan topik , yaitu fungsi, prestise, warisan sastra, pemerolehan, standarisasi, stabilitas, gramatika, leksikon, dan fonologi.

(1) Fungsi

Funsi merupakan kriteria diglosia yang sangat penting. Menurut Ferguson, dalam masyarakat diglosis terdapat dua variasidari satu bahasa: variasi pertama disebut dialek tinggi ( disingkat dengan dialek T atau ragam T), dan yang kedua disebut dialek rendah (disingkat R atau ragam R). Dalam bahasa arab dialek T nya adalah bahasa Arab Klasik, bahsa Alquran, yang lainnya disebut al-fusha, dialek R-nya adalah berbagai bentuk bahasa arab yang digunakan oleh bangsa Arab yang lazim disebut ad-darij

Sementar dalam bahasa Indonesia, kita juga mengenal adanya bahasa Jawa. Dalam bahasa Jawa rtersebut, dialek T-nya bahasa Jawa halus atau kromo Engge) sedangkan ragam R-nya adalah bahasa Jawa kasar. Begitu pun pada bahasa palembang. Dapat pula ditemukan dua varian dari bahasa palembang, dialek T-nya bahasa palembang Alus dan dialek R-nya bahasa Palembang Kasar.

Distribusi fungsional dialek T dan R dari masing-masing bahasa mempunyai arti bahwa terdapat situasi dimana hanya dialek T yang sesuai untuk digunakan dan dalam situasi lain, hanya dialek R yang digunakan. Fungsi T hanay paad situasi tresmi atau formal, sedangkan fungsi R han ya pada situasi informal dan santai.Bagan berikut Ferguson memperlihatkan kapan digunakan dialek T dan bagaimana digunakan pula dialek R.

Situasi

digunakan

T

R

Kebaktian di gereja

V

-

Perintah kepada pekerja, pelayan, dan tukang

-

V

Surat pribadi

-

V

Pembicaraan di parlemen

V

-

Perkuliahan di universitas

V

-

Percakapan dengan keluarga dan teman sejawat

-

V

Siaran berita

V

-

Sastra raktyat

-

V

Editorial di surat kabar

V

-

Komentar kartun politik

-

V

Pengunaan dialek T yang tidak cocok dengan situasinya menyebabkan si penurut bisa disoroti, mungkin menimbulkan ejekan, cemoohan, atau tertawaan orang lain. Sastra dan puisi rakyat memang menggunakan dialek R tetapi banyak anggota masyarakat 7yang beranggapan bahwa ha ya sastra atau puisi dalam dialek T – lah yang sebenarnya karya sastra suatu bangsa. Dalam pendidikan formal dialek T harus digunakan sebagai bahasa pengantar. Namun seringkali sarana kebahasaan dialek T tidak mencukupi. Oleh karena itu dibantu oelh menggunakan dialek R. Di Indonesia juga ada pembedaan ragam T dan ragan R bahasa Indonesia. Ragam T digunakan dalam situasi formal, seperti dalam pendidikan, sedangkan ragam R digunakan dalam situasi nonformal seperti dalam pembicaraan dengan teman karir dan sebagainya.

(2) Prestise

Dalam masyarakat diglosis, para penutur menganggap dialek T lebih bergengsi, lebih superior, lebih terpandang dan merupaakn bahasa yang logis. Sedangkan dialek R dianggap inperior, malah ada yang menolak keberadaannya. Menurut Ferguson, banyak orang Arab dan haiti terpelajar menganjurkan agar dialek R tidak perlu dipergunakabn meskipun dalam percakapan sehari-hari mereka menggunakan dialek R. Itu anjuran golongan terpelajar Arab dan haiti. Itu tentu saja merupakan kekeliruan sebab dialek T dan dialek R mempunyai fungsi masing-masing yang tidak dapt dipertukarkan. Dalam masyarakat Indonesia pun ragam bahasaIndonesi baku dianggap lebih bergengsi daripada bahas Indonesia non-baku. Dalam masyarakat Melayu/Indonesia, beberapa puluh tahun yang lalu, juga ada pembedaan bahasa Melayu T dan R. Dimana yang pertama menjadi abhasa sekolah dan yang kedua menjadi bahasa pasar.

(3) Warisan Kesusastraan

Pada tiga dari empat bahasa yang digunakan Ferguson sebagai contoh, tedapat kesusastraan dimana ragam T yang digunakan dan dihormati oleh masyarakat bahasa tersebut. Kalau ada juga karya sastra kontemporer dengan menggunakan ragam T, maka dirasakan sebagai kelanjutan dari tradisi itu, yakni bahwa karya sastra harus dalam ragam T. Tradisi kesusastraan ayng selalu dalam ragam T ini ( setidaknya dalam empat contoh di atas) menyebabkan kesusastraan itu menjadi asing dari masyarakat umum. Namun, kesusastraan itu tetap berakar, baik di negara-negar berbahasa Arab, bahasa Yunani di Yunani, bahasa Perancis di Haiti, dan bahasa Jerman di Swiss yang berbahasa Jerman.

(4) Pemerolehan

Ragam T diperoleh dengan mempelajarinya dalam pendidikan formal, sedangkan ragam R diperolah dari pergaulan dengan keluarga dan teman-teman sepergaulan. Oelh karena itu, mereka yang tidak pernah memasuki dunia pendidikan formal tidak akan mengenal ragam T sama sekali. Begitu juga mereka yang keluar dari pendidikan Formal kelas-kelas awal. Mereka yang mempelajari ragam T hampir tidak pernah menguasainya dengan lancar, selancar penguasaannya terhadap ragam R. Di Indonesia pun banyak orang merasa sukar untuk mengunakan bahasa Indonesia ragam baku, baik lisan maupun tulis. Betapa banyak kritik dilontarkan orang menegnai kesalahan untuk berbahasa Indonesai “yang baik dan benar”. Ini menunjukkan bahwa menggunakan bahasa ragam T memang tidak semudah menggunakan ragam R. Untuk menguasai ragam T, kita harus belajar secara formal, tetapi juga untuk menguasai ragam R, kemungkinan tidak perlu.

(5) Standardisasi

Menanggapi ragam T yang dipandang sebagai ragam bergengsi, maka tidak mengherankan kalau standarisasi dilakukan terhadap ragam T tersebut melaui kodifikasi formal. Kamus, tata bahasa, petunjuk lafal, dan buku-buku kaida untuk penggunaan yang benar ditulis untuk ragam T. Sebaliknay ragam R tidak pernah diurus dan diperhatikan. Jarang ada kajian yang menyingung adanya ragam R, atau kajian khusus mengenai ragam R tersebut. Kalaupun ada, biasanya dilakukan oleh peneliti dari masyarakat bahasa lain, dan ditulis dalam bahasa lain. Sebagai ragam yang dipilih, yang distandardisasikan, maka ragam T jelas akan menjadi ragam yang lebih bergengsi dan dihormati.

(6) Stabilitas

Kestabilan dalam masyarakat diglosis biasanya telah berlangsung lama dimana ada sebuah variasi bahasa yang dipertahankan eksistensinya dalam masyarakat itu. Pertentangan atau perbedaan antara ragam T dan R dalam masyarakat diglosis selalu ditonjolkan kareana adanya perkembangan dalm bentuk- bentuk campuran yang memiliki ciri ciri ragam T dan R. Peminjaman unsur leksikal ragam T kedalam ragam R bersifat biasa, tetapi penggunaan unsur leksikal ragam R dalam ragam T kurang begitu biasa, sebab baru digunakan kalau sangat terpaksa.

(7) Gramatika

Ferguson berpandangan bahwa ragam T dan R dalam diglosis merupakan bentuk bentuk dan bahasa yang sama namun, di dalam gramatika ternyata terdapat perbedaan. Umpamanya, dalam bahasa Jerman standar kita dapati empat kasusu nomina dan dua tenses indikatif sederhana, sedangkan dalam bahasa Jerman Swiss hanya terdapat tiga kasusu nomina, dan dua tenses sederhana. Nomina bahasa Prancis menunjukan agreement dalam jumlah dan jenis (gender) , sedangakan nomina Kreol Haiti tidak memiliki hal itu. Dalam ragam T adanya kalimat- kalimat kompleks dengan sejumlah konstruksi subordinasi adalah hal yang biasa, tetapi dalam ragam R dianggap artifisial.

(8)Leksikon

Sebagian besar kosa kata pada ragam T dan R adalah sama. Namun, ada kosa kata pada ragam T yang tidak ada pasanganya pada ragam R atau sebaliknya, ada kosa kata pada ragam R yang tidak ada pasanganya pada ragam T. Ciri yang paling menonjol pada diglosia adalah adanya kosa kata yang berpasangan, satu untuk ragam T dan satu untuk ragam R, yang biasanya untuk konsep konsep yang sangat umum. Umpamanya dalam bahasa Yunani “ rumah” untuk ragam T adalah ikos dan untuk ragam R adalah spiti. Dalam bahsa indonesia kita pun dapat mendaftarkan sejumlah kosa kata yang berpasangan sebagai baku dan tidak baku. Antara lain, uang dan duit, buruk dan jelek.

(9) Fonologi

Dalam bidang fonologi ada perbedaan struktur antara ragam T dan R. Perbedaan tersebut bisa dekat bisa juga jauh. Ferguson sistem bunyi ragam R dan T sebenarnya merupakan sistem tunggal, namun fonologi, T merupakan sistem dasar sedangkan fonologi R yang beragam ragam, merupakan subsistem atau parasistem. Fonologi T lebih dekat dengan bentuk umum yang mendasari dalam bahas secara keseluruhan. Fonologi R lebih jauh dari bentuk-bentuk yang mendasar.

Pada bagian akhir dari artikelnya itu Ferguson mengatakan bahwa suatu masyarakat diaglosis bias bertahan / stabil waktu ayng cukup lama meskipun terdapat “tekanan –tekana” yang dapat melunturkannya. Tekanan tekanan itu antara lain, (1) meningkatnay kemampuan keaksaraan dan meluasnya komunikasi verbal pada suatu Negara. (2) meningkatnya penggunaan bahasa tulis, (3) perkembangan nasionalisme dengan keinginan adanya sebuah bahasa nasional sebagai lambang kenasionalan suatu bangsa.

Konsep Ferguson mengenai diglosia, bahwa didalam masyarakat diglosia ada perbedaan ragam bahasa T dan R dengan fungsinay masing- masing dimodifikasi dan diperluas oleh Fishman (1972:92). Menurut Fishman diglosia tidak hanya berlaku pada adanya pembedaan ragam T an ragam R pada bahasa yang sama sekali tidak serumpun , atau pada dua bahasa yang berlainan. Jadi , yang menjadi tekanan bagi Fishman adalah adanya perbedaan fungsi kedua bahasa atau variasi bahasa yang bersangkutan.

Kalau Feguson melihat diglosia hanya sebagai adanya perbedaan fungsi ragam T dan R dalam sebuah bahasa, maka fishman melihat diglosia sebagai adanya perbedaan fungsi, mulai dari perbedaan stilistik dari sebuah bahasa sampai adanya perbedaan fungsi dari dua bahasa yang berbeda. Jadi, didalamnya termasuk perbedaan yang terdapat antara dialek , register, atau variasi bahasa fungsional (Fishman ,1972)

2.1.3. Pengertian Bahasa Baku

Bahasa baku atau bahasa standar adalah 1. ragam bahasa yang dialeknya dipakai dalam situasi resmi dan dianggap paling baik, seperti dalam perundang-undangan, surat menyurat resmi, pembicaraan di depan umum,dsb.2. bahasa peraturan dalam bahasa yang mempunyai banyak bahasa. Bahasa standar ialah bahasa yang diterima untuk dipakai di situasi resmi. Seperti dalam perundang-undangan dan surat menyurat Bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok, yang dijadikan dasar ukuran atau yang dijadikan standar. (Chaer, 2004:4)

Bahasa baku adalah ragam ragam bahasa yang cara pengucapannya dan penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah standar. Kaidah standar dapat berupa pedoman ejaan (EYD), tata bahasa baku, dan kamus umum. Sebaliknya, bahasa tidak baku adalah ragam bahasa yang cara pengucapan atau penulisannya tidak memenuhi kaidah-kaidah standar tersebut.

Dalam http://ms.wikipedia.org/wiki/Bahasa_baku, dijelaskan bahwa Bahasa baku ialah satu jenis bahasa yang menggambarkan keseragaman dalam bentuk dan fungsi bahasa, menurut ahli linguistik Einar Haugen. Ia dikatakan sebagai "loghat yang paling betul" bagi sesuatu bahasa.

Ragam bahasa baku itu merupakan ragam bahasa yang standar, bersifat formal. Tuntutan untuk menggunakan ragam bahasa seperti ini biasa ditemukan dalam pertemuan-pertemuan yang bersifat formal, dalam tulisan-tulisan ilmiah (makalah, skripsi, tesis, disertasi), percakapan dengan pihak yang berstatus akademis yang lebih tinggi, dan sebagainya. Kamus Linguistik (2001: 184) mendefinisikan ragam resmi (baku) itu sebagai ragam bahasa yang dipakai bila kawan bicara adalah orang yang dihormati oleh pembicara, atau bila topik pembicaraan bersifat resmi (mis. surat-menyurat dinas, perundang-undangan, karangan teknis), atau bila pembicaraan dilakukan di depan umum.

http://indonesiasaram.wordpress.com/2008/03/18/ragam-bahasa-baku/

Keseragaman dalam bentuk bererti bahawa bahasa baku sudah dikodifikasikan, baik dari segi ejaan, peristilahan, mahupun tatabahasa, walaupun kodifikasi bahasa itu tidaklah semestinya merupakan penyeragaman kod yang mutlak. Misalnya, dalam tatabahasa sudah ada rumus morfologi Melayu yang menetapkan bahawa konsonan k pada sesuatu kata dasar digugurkan apabila diberi awalan meN; umpamanya kasih menjadi mengasihi, dan ketat menjadi mengetatkan. Tetapi dengan masuknya kata asing yang mengandungi gugus konsonan pada awal kata, rumus tersebut diberi rumus tambahan, iaitu untuk kes tersebut, konsonan k tidak digugurkan apabila diberi awalan meNG; umpamanya kritik menjadi mengkritik.

Dari segi fungsi, bahasa baku dapat menjadi unsur penyatu, unsur pemisah dan pemberi prestij kerana:

  • Unsur penyatu: digunakan oleh orang-orang daripada pelbagai daerah loghat;
  • Unsur pemisah: memisahkan bentuk bahasa baku itu daripada loghat-loghat lain dalam bahasa itu; dan
  • Pemberi prestij: digunakan oleh segolongan orang dalam suasana tertentu, biasanya dalam urusan rasmi; umpamanya laporan, surat, surat pekeliling, borang, radio, televisyen, dan sebagainya.

Walau bagaimanapun, ketiga-tiga fungsi ini dianggap oleh Paul Garvin sebagai fungsi perlambangan.

Dalam konteks pengurusan, fungsi yang harus ditekankan ialah fungsi objektif, iaitu bahasa baku sebagai rangka rujukan untuk menentukan salah-betulnya penggunaan bahasa. Jika fungsi objektif ini tidak ditegaskan, nescaya bahasa yang digunakan dalam pentadbiran dan pengurusan akan berbeza-beza bentuknya. Apabila hal ini terjadi, maka kecekapan pentadbiran dan pengurusan akan tergugat

Penggunaan ragam bahasa baku dan tidak baku berkaitan dengan situasi dan kondisi pemakaiannya. Ragam bahasa baku biasanya digunakan dalam situasi resmi, seperti acara seminar, pidato, temu karya ilmiah, dan lain-lain. Adapun ragam bahasa tidak baku umumnya digunakan dalam komunikasi sehari-hari yang bersifat tidak resmi.

Ragam bahasa baku ini lazim digunakan dalam:

1) komunikasi resmi, yakni dalam surat menyurat resmi, surat menyurat dinas, pengumuman-pengumuman yang dibuat oleh instansi resmi, perundang-undangan, penamaan dan peristilahan resmi, dan lain sebagainya.

2) wacana teknis, seperti laporan resmi, karangan ilmiah, buku pelajaran, dan sebagainya.

3) pembicaraan di depan umum, seperti dalam ceramah, kuliah, khotbah, dan sebagainnya.

4) pembicaraan dengan orang yang dihormati, dan lain sebagainya.

Pemakaian (1) dan (2) adalah didukung oleh ragam bahasa baku tertulis, sedangkan pemakaian (3) dan (4) didukung oleh ragam bahasa lisan.

Kata-kata baku adalah kata-kata yang standar sesuai dengan atauran kebahasaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahsa dan sesuai dengan perkembangan zaman. Kebakuan kata amat ditentukan oleh tinjauan disiplin ilmu bahasa dari berbagai segi yang ujungnya menghasilkan suatu bunyi yang amat berarti sesuai dengan konsep-konsep yang disepakati terbentuk. Kata baku dalam bahasa Indonesia memedomani pedoman umum pembentukan istilah yang telah ditetapkan oleh pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa bersamaan ditetapkannya pedoman system penulisan dalam Ejaan Yang Disempurnakan. Dalam Pedoman Umum Pembentukan Istilah (PUPI) diterangkan sitem pembentukan istilah serta pengindonesiaan kosa kata atau istilah yang berasal daribahasa asing. Bila kita memedomani system tersebut akan terlihat keberaturan dan kemanapan bahasa Indonesia.

2.1.4. Kata- Kata Baku

Kata baku sebenarnya merupakan kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Konteks penggunaannya adalah dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat. Suatu kata bisa diklasifikasikan tidak baku bila kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang ditentukan. Biasanya hal ini muncul dalam bahasa percakapan sehari-hari, bahasa tutur.


Baku-tidak baku

Apotek-apotik

Atlet-atlit

Cenderamata-cinderamata

Konkret-konkrit

Sistem-sistim

Telepon-tilipon

Pertanggungjawaban-pertanggung jawaban

Utang-hutang

Pelanggan-langganan

Hakikat-hakekat

Kaidah-kaedah

Dipersilakan-dipersilahkan

Anggota-anggauta

Pihak-fihak

Disahkan-disyahkan

Lesung pipi-lesung pipit

Mengubah-merubah

Mengesampingkan-mengenyampingkan

Kualitas-kwalitas

Teater-theatre

Struktur-structure

Monarki-monarkhi

Devaluasi-defaluasi

Abstrak-abstrac

Kultur-culture

Deputi-deputy

Sekuriti-security

Aktivitas-aktifitas

Relatif-relative


2.1.5. Ragam Baku dan Tidak Baku

Pada dasarnya ragam tulisan dan ragam lisan terdiri pula atas ragam baku dan ragam tidak baku. Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan atau diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakaiannya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya. Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh cirri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.

Ragam baku itu memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

v Kemantapan dinamis

Mantap artinya sesuai dengan Kidah bahasa. Kalau kata ‘rasa’ dibubuhi awalah ‘per-‘ akan terbentuk kata perasa. Oleh karena itu, menurut kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe- akan menjadi perajin. Bukan pengrajin. Bentuk-bentuk lepas tangan, lepas pantai, lepas landas merupakan contoh dari kemantapan kaidah bahsa baku. Sedangkan dinamis artinya tidak statis, tidak kaku,. Bahasa baku tidak menghendaki adanya bentuk mati. Kata langganan mempunyai makna ganda yaitu orang yang berlangganan. Dalam hal ini, tokohnya disebut langganan dan orang yang berlangganan itu disebut pelanggan.

v Cendekia

Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-tempat resmi. Pewujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh pembinaan dan pengembangan bahasa lebih banyak melalui jalur pendidikan fotrmal (sekolah). Disamping itu, ragam bahasa baku dapat dengan tepat memberikan gambaran apa yang ada dalam otak pembicara atau penulis. Selanjutnya, ragam baku dapat memberikan gambaran yang jelas dalam otak pendengar atau pembaca. Contoh kalimat yang tidak cvendekia adalah sebagai berikut: rumah sang jutawan yang aneh akan dijual. Frase rumah sang jutawan yang aneh mengandung konsep ganda, yaitu rumahnya yang aneh atau sang jutawan yang aneh. Dengan demikian kalimat itu tidak memberikan informasi yang jelas. Agar menjadi cendekia kalimat tersebut harus diperbaiki sebagai berikut:

Rumah aneh milik sang jutawan akan dijual.

Rumah milik sang jutawan aneh akan dijual.

v Seragam

Ragam baku bersifat seragam. Pada hakikatnya, proses pembekuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pancaran titik-titik keseragaman. Pelayan kapal terbang dianjurkan untuk memakai istilah pramuniagara dan pramuniagari andaikata ada orang yang mengusulkan bahwa pelayan kapal terbang disebut steward dan stewardes dan penyerapan itu seragam, kata itu menjadi ragam baku. Akan tetapi, kata steward dan steward3es sampai saat ini tidak disepakati untuk dipakai. Yang timbul dalam masyarakat ialah pramuniagara dan pramuniagari.

Tidak jauh berbeda dengan pengertian sebelumnyaKridalaksana (2001: 184) mendefinisikan ragam resmi (baku) itu sebagai ragam bahasa yang dipakai bila kawan bicara adalah orang yang dihormati oleh pembicara, atau bila topik pembicaraan bersifat resmi (mis. surat-menyurat dinas, perundang-undangan, karangan teknis), atau bila pembicaraan dilakukan di depan umum.

2.1.6. Ciri dan Fungsi Bahasa Baku

Menurut Waridah (2008:178), bahasa baku memiliki ciri-ciri berikut:

Ø tidak dipengaruhi bahasa daerah

baku: saya, merasakan, ayah, dimantapkan.

tidak baku: gue, ngrasa, bokap, dimantapin.

Ø tidak dipenagruhi bahasa asing

baku: banyak guru, itu benar, kesempatan lain.

tidak baku: banyak guru-guru, itu adalah benar, lain kesempatan.

Ø bukan merupakan bahasa percakapan

baku : bagaimana, begitu, tidak, menelpon.

tidak baku: gimana, gitu, nggak, nelpon.

Ø Pemakaian imbuhan secara eksplisit

baku: ia mendengarkan radio, anak itu menangis, kami bermain bola di lapangan.

tidak baku: ia dengarkan radio, anak itu nangis, kami main bola di lapangan.

Ø pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat

baku: sehubungan dengan, terdiri atas/dari, seorang pasien, dan lain sebagainya, siapa namamu?

tidak baku: sehubungan, terdiri, seseorang pasien, dan sebagainya, siapa namanya?

Ø tidak mengandung makna ganda, tidak rancu

baku: menghemat waktu, mengatasi berbagai ketinggalan.

tidak baku: mempersingkat waktu, mengejar ketinggalan.

Ø tidak mengandung arti pleonasme

baku: para juri, mundur, pada zaman dahulu, hadirin.

tidak baku: para juri-juri, mundur ke belakang, pada zaman dahulu kala, para hadirin.

Ø tidak mengandung hiperkorek

baku: khusus, sabtu, syah, masyarakat, akhir.

tidak baku: husus, saptu, masarakat, ahir.

Masih menurut Waridah (2008: 212), secara umum, fungsi bahasa baku adalah sebagai berikut:

  1. pemersatu, pemakaian bahasa baku dapat mempersatukan sekelompok orang menjadi satu kesatuan masyarakat bahasa.
  2. pemeberi kekhasan, pemakaian bahasa baku dapat menjadi pembedadengan pemakaian bahasa lainnya.
  3. pembawa kewibawaan, pemakaian bahasa baku dapat memperlihatkan kewibawaan pemakainya.
  4. kerangka acuan, bahasa baku menjadi tolak ukur bagi benar tidaknya bahasa seseorang atau sekelompok orang.

Selain penjelasan di atas, dalam http://indonesiasaram.wordpress.com, ditulis bahwa ragam bahasa baku itu merupakan ragam bahasa yang standar, bersifat formal. Tuntutan untuk menggunakan ragam bahasa seperti ini biasa ditemukan dalam pertemuan-pertemuan yang bersifat formal, dalam tulisan-tulisan ilmiah (makalah, skripsi, tesis, disertasi), percakapan dengan pihak yang berstatus akademis yang lebih tinggi, dan sebagainya.

2.2. Contoh Peristiwa Diglosia

2.2.1. Peristiwa Diglosia Dalam Masyarakat Jawa Kuna

Di pulau Jawa sejak abad 8 Masehi melalui tinggalan prasasti dijumpai adanya tiga budaya yang kesemuanya telah saling melakukan kontak budaya termasuk kontak bahasa. Ketiga bahasa tersebut adalah bahasa Melayu Kuna, Jawa Kuna dan bahasa Sanskerta. Masing-masing bahasa tersebut memiliki peran, kedudukan dan fungsi yang berbeda. Bahasa Jawa Kuna merupakan bahasa pribumi yang dipakai sebagai bahasa pergaulan umum, sedang bahasa Melayu Kuna diperkirakan dipakai untuk kepentingan perdagangan dan terakhir bahasa Sanskerta merupakan bahasa yang dipakai dalam kepentingan keagamaan.

Dengan adanya pembagian bahasa menurut fungsi dan kedudukannya dalam konteks sosial, maka pada akhirnya mengakibatkan bahasa yang satu akan memiliki prestise yang tinggi disbanding bahasa yang lainnya. Bahasa dengan prestise yang lebih tinggi selanjutnya dianggap sebagai ragam bahasa tinggi yang dipakai dalam situasi resmi. Dalam http://arkeologika.files.wordpress.com dijelaskan bahwa ragam semacam ini telah mengenal bahasa tulis sehingga lebih sering dipakai sebagai bahasa sastra di kalangan pemakainya serta telah mengalami pembakuan melalui kodifikasi-kodifikasi yang rumit. Sebaliknya, bahasa yang tidak dipakai pada situasi tidak resmi adalah ragam bahasa yang dipakai sehari-hari. Ragam ini tidak mengenal bahasa tulis. Penguasaan atas ragam-ragam tersebut dapat dipakai sebagai penanda terpelajar atau tidaknya seseorang. Situasi kebahasaan semacam ini disebut sebagai diglosia.

2.2.2. Contoh Penggunaan Bahasa Baku

Berikut adalah ringkasan pedoman umum penulisan kata yang diambil dari http://id.wikipedia.org .

  1. Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu percaya bahwa engkau tahu.
  2. Kata turunan (lihat pula penjabaran di bagian Kata turunan)
    1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar. Contoh: bergeletar, dikelola [1].
    2. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi
    3. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan ditulis serangkai. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: menggarisbawahi, dilipatgandakan.
    4. Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata ditulis serangkai. Contoh: adipati, mancanegara.
    5. Jika kata dasar huruf awalnya adalah huruf kapital, diselipkan tanda hubung. Contoh: non-Indonesia.
  3. Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung, baik yang berarti tunggal (lumba-lumba, kupu-kupu), jamak (anak-anak, buku-buku), maupun yang berbentuk berubah beraturan (centang-perenang, sayur mayur).
  4. Gabungan kata atau kata majemuk
    1. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Contoh: duta besar, orang tua, ibu kota, sepak bola.
    2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian. Contoh: alat pandang-dengar, anak-istri saya.
    3. Beberapa gabungan kata yang sudah lazim dapat ditulis serangkai. Lihat bagian Gabungan kata yang ditulis serangkai.
  5. Kata ganti (kau-, ku-, -ku, -mu, -nya) ditulis serangkai. Contoh: kumiliki, kauambil, bukumu, miliknya.
  6. Kata depan atau preposisi (di [1], ke, dari) ditulis terpisah, kecuali yang sudah lazim seperti kepada, daripada, keluar, kemari, dll. Contoh: di dalam, ke tengah, dari Surabaya.
  7. Artikel si dan sang ditulis terpisah. Contoh: Sang harimau marah kepada si kancil.
  8. Partikel
    1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai. Contoh: bacalah, siapakah, apatah.
    2. Partikel -pun ditulis terpisah, kecuali yang lazim dianggap padu seperti adapun, bagaimanapun, dll. Contoh: apa pun, satu kali pun.
    3. Partikel per- yang berarti "mulai", "demi", dan "tiap" ditulis terpisah. Contoh: per 1 April, per helai.
  9. Singkatan dan akronim. Lihat Wikipedia:Pedoman penulisan singkatan dan akronim.
  10. Angka dan bilangan. Lihat Wikipedia:Pedoman penulisan tanggal dan angka.