Jumat, 28 Mei 2010

Analisis Struktur Aktan dan Model Fungsional dalam Cerita Batu Belah Batu Bertangkup

Analisis Struktur Aktan dan Model Fungsional

dalam Cerita Batu Belah Batu Bertangkup

Dwi Permatasari

Abstrak: Penelitian ini berjudul “Analisis struktural dan Model Fungsional dalam Cerita Batu Belah Batu Bertangkup”. Rumusan masalah adalah bagaimanakah struktur aktan dan model fungsional dalam cerita Batu Belah Batu Bertangkup. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji, memahami,dan mendeskripsikan struktur aktan dan model fungsional dalam cerita Batu Belah Batu Bertangkup. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Teori yang digunakan adalah teori struktural yang dikemukakan oleh Greimas. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil penelitian yang dilakukan Rosman dkk. (1991) mengenai cerita rakyat Kecamatan Tulung Selapan yabg salah satunya adalah cerita rakyat Batu Belah Batu Betangkup. Penganalisisan data menggunakan teori struktural Greimas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam cerita Batu Belah Batu Bertangkup ternyata alur ceritanya (analisis fungsional) sesuai dengan yang dinyatakan dalam teori Greimas. Semua tahap terpenuhi dengan cermat. Artinya, tokoh sepenuhnya berperan dalam analisis struktural. Baik penentang atau penolong dapat pula ditemukan ditahap percakapan. Dengan demikian, cerita Batu Belah Batu Bertangkup memenuhi struktur aktan dan model fungsional teori A.J. Greimas.

Kata-kata kunci : Struktur aktan, model fungsional

Pendahuluan

Menjelang tahun 1980-an, ada kecenderungan dunia kesusastraan kita, (Indonesia) mencoba untuk mengeksiskan berbagai cerita atau sastra daerah. Hal itu ditandai oleh adanya upaya penyebaran sastra daerah tertentu ke seluruh nusantara. Upaya yang telah tampak hasilnya adalah seperti yang dilakukan oleh proyek penerbitan buku sastra daerah, Departemen Pendidiknan dan Kebudayaan. Sejak saat itu, proyek ini telah berhasil mengumpulkan, menerbitkan, dan menyebarluaskan ratusan cerita rakyat dari dan ke berbagai daerah. Cerita-cerita itulah yang pada akhirnya memperkaya khazanah sastra nusantara (Indonesia).

Mengigat pentingnya sastra daerah, terutama bagi masyarakat pendukungnya, maka pada tahun 1990 Romsan dkk. melakukan penelitian mengenai cerita rakyat Tulung Selapan, salah satunya cerita rakyat Batu Belah Batu Bertangkup.

Sehubungan dengan pernyataan-pernyataan di atas, peneliti berusaha mengenalkan dan menjadikan cerita Batu Belah Batu Bertangkup sebagai objek penelitian. Peneli memilih sastra daerah, khususnya cerita daerah yang dalm hal ini mengangkat cerita Batu Belah Batu Bertangkup dikarenakan ,menurut pembacaan sementara, setiap cerita rakyat memiliki struktur yang kompleks yang unsur-unsurnya sangat fungsional. Sehubungan dengan masalah yang akan dibahas adalah struktur dan berbagi fungsi unsurnya, jadi teori yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural, sebagaimana yang dikembangkan oleh A.J. Greimas.

Analisis struktur aktan lebih mengeksploitasi eksistensi tokoh dan keterlibatannya dalam berbagai peristiwa. Greimas mengisahkan hubungan-hubungan yang dapat terjadi antara pelaku (actans) sebuah cerita. (Luxemburg, 1984: 41). Dengan demikian, perlu dianalisis hubungan antar tokoh dalam cerita. Oleh karena itu , peneliti menggunakan teori aktan dan model fungsional yang dikembangkan oleh Greimas. Perlu ditegaskan pula bahwa studi ini tidak dimaksudkan sebagai kajian untuk mengembangkan teori, tetapi kajian yang mencoba menerapkan teori struktural Greimas terhadap teks cerita rakyat Indonesia.

Ada persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Persamaannya terletak pada kajian teorinya yaitu struktur aktan dan model fungsional yang dikembangkan oleh A.J. Greimas. Objek yang diteliti pun sama-sama berupa cerita rakyat. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek penelitian. Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurlina, jumlah cerita yang dianalisi adalah sebelas cerita Namun, dalam penelitian ini , peneliti lebih mengkhususkan pada satu cerita saja, yaitu cerita Batu Belah Batu Bertangkup.

Cerita rakyat merupakan cerminan kebudayaan masyarakatnya. Melalui sastra lisan itu, masyarakat saling menasihati dan membimbing tanpa menyinggung perasaan orang yang dinasihati. Cerita rakyat yang biasa disebut cerita prosa rakyat adalah satra lisan yang berbentuk prosa (Dananjaya, 1984:50). Menurut Aminuddin (1985:2) cerita rakyat adalah suatu cerita yang pada dasarnya disampaikan langsung oleh seseorang pada orang lain melalui penuturan lisan.

Berkenaan dengan cerita prosa rakyat, Menurut Romsan dkk. (1991:3) cerita prosa fiksi di kecamatan Tulung Selapan dapat digolongkan ke dalam legenda, fabel, cerita rakyat, cerita jenaka, dan mite.

Dalam menganalisis struktur aktan dan model fungsional, peneliti menggunakan teori A.J. Greimas. A. J. Greimas sendiri merupakan peganut paham struktural dari Prancis. Ia mengembangkan teori Proop. Sebelumnya Propp memperkenalkan unsur naratif terkecil yang sifatnya tetap dalam sebuah kary sasyta sebagai fungsi. Jadi, teori Propp ini menitiberatkan pada fungsi dan peran. Berdasarkan teori Propp inilah, Greimas mengembangkan teori aktan. Menurut Greimas (dalam http:// theonlywan.blogspot.com, yang diakses tanggal 1 Juni 2009)aktan adalah sesuatu yang abstrak, tentang cinta, kebebasan, atau sekelompok tokoh. Menurutnya juga, aktan adalah satuan naratif terkecil. Dikaitkan dengan satuan sintaksis naratif, aktan berarti unsur sintaksis yang memiliki fungsi-fungsi tertentu. Sedangkan fungsi adalah satuan dasar cerita yang menerangkan tindakan logis dan bermakna yang berbentuk narasi. Dengan kata lain, skema aktan tetap mementingkan alur cerita energi terpenting yang menggerakkan cerita sehingga menjadi penceritaan, dengan episode terpenting yang terdiri atas permulaan, komplikasi, dan penyelesaian (Ratna, 2004:139)

Greimas kemudian menawarkan tiga lingkungan pertentangan yang meliputi enam aktan (peran, pelaku) yaitu,

a) subjek (subject)—objek (object)

b) pengirim (sender) – penerima (receiver), dan

c) penolong (helper) – penentang (opponent)

Struktur aktan yang dikemukakan oleh Greimas dapat dilihat dalam bagai di bawah ini:



penerima


pengirim

objek

penentang

subjek

penolong

Fungsi dan kedudukan masing-masing aktan adalah sebagai berikut:

1) pengirim (sender) adalah seseorang atau sesuatu yang menjadi sumber ide dan penggerak cerita. Pengirim memberikan karsa kepada subjek untuk mencapai objek.

2) Objek adalah seseorang atau sesuatu yang diinginkan subjek

3) Subjek adalah sesuatu atau seseorang yang ditugasi pengirim untuk mendapatkan objek.

4) Pembantu adalah sesuatu atau seseorang yang membantu atau mempermudah mendapatkan objek.

5) Penerima adalah sesuatu atau seseorang yang menerima objek yang diusahakan oleh subjek.

6) Penentang adalah seseorang atau sesuatu yang menghalangi usaha subjek dalam mencapai objek.

Selain menunjukkan model aktan, Greimas juga menunjukan model fungsional. Model fungsional untuk menguraikan peran subjek dalam rangka melaksanakan tugas dari pengirim yang terdapat dalam aktan. Model fungsional dibagi menjadi tiga bagian, yaitu situasi awal, transformasi, dan situasi akhir. Situasi transformasi dibagi menjadi tiga tahapan, tahap uji kecakapan, tahap utama, dan tahap membawa kegemilangan.

Greimas mengemukakan model cerita dan tetap sebagai alur yang dibangun oleh berbagai tindakan yang disebut fungsi (Zaimar dikutip Sowondo, 2003: 54). Model fungsional memiliki cara kerja yang tetap karena memang sebuah cerita selalu bergerak dari situasi awal ke situasi akhir. Struktur aktan dan model fungsional memiliki hubungan kausalitas karena hubungan antaraktan itu ditentukan oleh fungsi-fungsinya dalam membangun struktur cerita (Sowondo, 2003: 55). Adapun operasi fungsionalnya dibagi menjadi tiga tahap seperti tampak pada bagan berikut.

1) Situasi awal

2) Tranformasi : tahap kecakapan, tahap utama, dan tahap kegemilangan

3) Situasi akhir

Dari pemaparan di atas, maka masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimanakah struktur dan model fungsional dalam cerita Batu Belah Batu bertangkup berdasarkan teori yang dikemukakan A.J. Greimas.

Sementara itu, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan struktur aktan dan model fungsional dalam cerita rakyat Batu Belah Batu Bertangkup berdasarkan teori A.J. Greimas.

Berdasarkan tujuan dan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Secarat teoritis, penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai penerapan sebuah teori yang dikemukakan oleh seorang ahli dalam cerita rakyat. Memberikan manfaat bagi kebudayaan daerah dan dapat menambah khazanah budaya nasional serta menambah perbendaharaan penelitian sastra, khususnya mengenai struktur aktan dan model fungsional.

Secara praktis penelitian ini dapat menjadi sumbangan bagi dunia pendidikan. Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh guru sebagai bahan ajar sastra Indonesia di sekolah.

Metode dan Teknik

Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk mengetahui tentang struktur aktan dan model fungsional dalam cerita Batu Belah Batu Bertangkup berdasarkan teori Greimas. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa melalui penelitian terhadap sastra daerah . Greimas lebih menekankan teori analisional fungsional para tokoh dan fungsinya karena pada hakikatnya hanya tokohlah yang mampu membangun hubungan antar unsur dalam keseluruhan unsur.

Dengan menggunakan metode deskrptif. Penelitian ni diharapkan dapat mengungkapkan struktur aktan dan model fungsional dalam cerita Batu Belah Batu Bertangkup. Penelitian ini dilakukan dengan seobjektif mungkin berdasarkan fakta yang ada, sehingga dapat menunjang tujuan penelitian.

Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan teori strutural dengan maksud bahwa konsep teori structural dipergunakan sebagai dasar telaah tes, bukan telaah teks yang digunakan untuk mengubah dan mengembangkan konsep teori struktural. Teknik yang dignakan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi struktur aktan dan model fungsional dalam cerita dengan membaca keseluruhan isi cerita.

2. Menentukan struktur aktan dengan cara melakukan penganalisisan terhadap tindakan tokoh –tokoh dalam cerita sehingga dapat ditentukan peranannya. Strukktur aktan yang ditentukan berupa pengirim, subjek, objek, penentang, penolong, penerima.

3. Menyusun model fungsional melalui penganalisisan terhadap pergerakan cerita dari tahap akhir yang terdiri dari tiga bagian, yaitu (1) situasi awal, (2) transformasi, (3) situasi akhir.

Hasil dan Pembahasan

Dalam penelitian ini, diteliti sebuah cerita rakyat dengan judul “Batu Belah Batu Bertangkup”. Cerita tersebut berasal dari kecamatann Tulung Selapan. Berdasarkan teori struktural Greimas, berikut analisis struktur aktan dan model fingsional Batu Belah Batu Bertangkup adalah sebagai berikut:

1. Sinopsis cerita Batu Belah Batu Bertangkup

Di sebuah kebun, hidupkah sebuah keluarga yang terdiri dari ibu dan dua anaknya. Kehidupan mereka sangat sederhana. Pada suatu hari anak tertuannya menjaga adiknya sedangjkan ibunya merumput di lading. Ketika sedang asyik bermain, anak yang tertua menemukan belalang rusa. Si ibu mengira, anaknya diberi orang daging rusa, lalu ia menyuruh anak itu untuk memasaknya. Ketika hari sudah sore, ibunya pulang dan menanyakan daging rusa yang telah dimasak anaknya. Anaknya mengatakan bahwa ia bukan diberi orang daging rusa, melainkan belalang rusa. Sang ibu tidak percaya. Ia mengira anaknya berbohong dan ia mengira bahwa anaknya tidak sayang padanya.

Sang ibu merasa dibohongi oleh anaknya, maka ia ingin pergi ke tempat Batu Belah Batu Bertangkup. Tempat tersebut merupakan tempat orang bunuh diri. Anaknya melarang ibunya, namu ibunya tetap ingin pergi ke tempat itu. Akhirnya sang ibu tetap pergi. Setiba di sana, sang ibu mulai menjulurkan kakinya. Ia berkata pada batu tersebut agar menjepit kakinya perlahan-lahan hingga sampai ke ujung rambutnya. Habis kakinya lalu badannya, terus kepalanya. Singkat cerita, ibu tadi habis dimakan batu bertangkup dan hanya tingal rambut sehelai.

Anaknya tadi menyusul ibunya. Namun, ia terlambat dan yang ia temui tidak lagi ibunya, melainkan shelai rambut ibunya. Ia mengatakan kepada adknya bahwa ibunya telah dimakan batu belah-batu bertangkup. Sedaangkan rambut sehelai tadi, dibawanya pulang. Rambut ibunya itu dia tanam di halaman rumah mereka. Rambut tersebut tumbuh semangka. Ketika berbuah, buahnya amat besar. Sangat berbeda dengan semangka biasa. Kemudia mereka memetik buah semangka raksasa itu dan membelahnya dengan parang. Namun, semangka itu tidak terbelah dan merekapun sia-sia saja. ketika mereka lagi sibuk membela, ada burung yang brkata serandaian. Maka mereka mengingat serendaian. Serendaian adalah jenis rumput laut yang tajam. Lalu, kakak beradik tersebut langsung mengambil serendaian. Dibelahnyalah semangka itu. Ternyaa di dalam semangka raksasa itu ada ibunya. Ibunya mengira bahwa ia sudah lama ertidur, namun sang anak menjelaskan bahwa ibu bukan tidur melainkan hendaki perbuatannya. Akhrnya mereka berkumpul kembali.

2. Analisis Struktur aktan dan model fungsional cerita Batu Belah Batu Bertangkup

a. Struktur aktan








Keinginan ibu makan daging rusa


daging rusa


Ibu




kesalahpahaman

anak

Belalang rusa

Pada bagan di atas dapat dijelaskan bahwa keinginan sang ibu untukmakan daging rusa berperan sebagai pengirim. Selain sebagai pengirim, ibu berperan sebagai penerima. Oleh karena itu, ia meminta anaknya(subjek) untuk mendapatkan dan memasak daging rusa (objek). Sang anak tidak mendapatkan melainkan belalang rusa (penolong). Ibunya mengira bahwa anaknya mendapatkan daging rusa, maka terjadilah kesalahpahaman. Ibu merasa anaknya tidak sayang padanya karena telah membohonginya (penentang).

b. Model fungsional

Analisis model fungsional dalam ceroita ini ada tiga tahap. Yaitu tahap awal, tahap transformasi dan tahap akhir. Berikut penjelasan dalam table dibawah ini.

I


II


III

Situasi awal

Tahap kecakapan

Tahap utama

Tahap kegemilangan

Situasi akhir

Cerita dimulai dari keinginan ibu untuk bunuh diri

Adanya keberangkatan ibu untuk pergi ke temat orang-orang bunuh diri, yaitu batu belah batu bertangkup. Namun, anaknya melarang. Mereka tidak ingin ibunya bunuh diri

Akhirnya sang ibu bunuh diri dijepit batu belah batu bertangkup. Hanya tinggal sehelai rambut . rambut itu diambil anaknya dan ditanam di halaman rumahnya.

Rambut tersebut tumbuh buah semangka. Ternyata di dalam semangka tersebut ada ibunya. Sang ibu menyesali oerbuatannya.

Akhirnya mereka hidupbersama lagi

Kesimpulan dan saran

Kesimpulan

Dari hasil analisis struktural dan model fungsional terhadap cerita Batu belah batu bertangkup. Cerita dari kecamatan Tulung selapan. Dalam cerita batu belah batu bertangkup, struktur aktannya sudah kompleks dan analisis model fungsional telah terpenuhi ketiga tahap-tahapnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa alur cerita Batu Belah bat brtangkup bisa dikatakan memenuhi structural da fungsional dari teori Greimas. Semua struktur aktan terpenuhi dan semua tahap dam model fungsional terpenuhi.

Saran

Analisis yang dilakukan ini barulah sampai pada struktur aktan dan model fungsional. Hal ini berarti bahwa penelitian ini baru sampai pada tahap analisis sintagmatig (sintaksis cerita), padahal dalam teori Greimas menyarankan bahwa analisis cerita tidak hanya pada unsure-unsur yang berfungsi dalam sintaksis saja, tetapi juga sampai pada para pelakunya (struktur luar). Oleh karena itu, studi semacam ini dapat dilanjutkan pada penelitian berikutnya.

Daftar Pustaka

Dananjaya, James. 1984. Folklor Indonesia: Ilmu, Gosip, Dongeng, dan Lain-Lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Finnangen.2009. Sastra Lisan, (Online), (http://www.thewann:bab .com, diakses tanggal 21 Febuari 2009)

Luxemburg, Van. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia.

Nurlina. 2004.”Struktur Aktan dan Model Fungsional Teks Legenda dalam Cerita Rakyat Palembang.” Skripsi. Inderalaya: FKIP Universitas Sriwijaya.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Romsan.dkk. 1991. Sastra Lisan di Kecamatan Tulung Selapan Ogan Komering Ilir. Palembang: Pusat Penelitian Universitas Sriwijaya.

Catatan-catatan perbaikan:

Abstrak anta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar