Jumat, 28 Mei 2010

O...

Jika ada yang bertanya tentang siapa yang percaya teori sebab akibat!! Maka akulah jawabannya. Aku, seorang Marela Antika Aku sangat percaya tentang itu karena menurutku itu simpel dan superduper masuk akal. Ya, jika ingin juara, rajinlah belajar. Jika ingin kaya, rajinlah bekerja. Simple. hal itu yang membuatku betah dengan teori sebab akibat. aku percaya bahwa jika kita menamam benih, kita akan menuai buah. Ya..aku yakin itu. Barang siapa yang berusaha, ia akan mendapatkan! Itulah sepotong kjalimat yang pernah kubac dalah ikhtisar materi pendidikan agama.
Sedikit pun tak terbayangkan bagiku dapat sekolah di sebuah sekolah unggulan. Di sinilah aku tumbuh menjadi manusia yng kompetitip. Tidak pernah meremehkan kesempatan kecil da sellu berupaya menjadi yamg terbauik. Mulanya keinginanku untuk sekolah disini hanyalah sekedar ikut-ikutan teman smpku yang beruang. Ku jalani prosedur penerimasaan siswa baru layaknya yang lain. Ikut tes, mengerjakan soal yang berbau aljabar, logazrisma, dan tidak ketinggalan soal-soal kalkulus yang mejelimet. Tes bahasa inggris pun sepertinya tidak mau kalah saingan. Khusu tes bahasa inggris kami mengdengarkan speaker yang benmar-benar speaker. Jujur, belum pernah aku mendengarkan lugat bahasa inggris sehalus dan sesopan orng yang berambut pirang itu.
Kenytaan yang harus kuterima ketika itu, ubakku melarang keras aku ikut tes.
“sudahlah, El. Kitoni tak naro duit. Jangan banyak kendak. Pening kepalo mikerkenyo!!“ kata ubak saat kuutarakan niatku ikut tes.
Aku terdiam. Kuperhatikan ubak waktu itu. Matanya layo dan berat. Brewoknya yang dulu selalu dicukur kini dibiarkan subur. Mungkin iniu karena koceknya tak cukup lagi untuk beli pisau cukur. Aku beranjak ke buri. Kutinggalkan Ubak yang masih guling-gulingan di bawah rumah. Ku naiki anak tangga-anak tangga dari kayu gelam. Ya, rumah kami rumah panggung. Jadi, kalau air rawa pasang alias musim hujan, kami tidak kebanjiran. Kami tidak perlu mengangkut barang-barang kami seperti yang dilakukan orang-orang jakarta. Toh, memang tak ada barang yang bisa dibawa.
Aku ke buri, sebuatan untuk bagian rumah yang berfungsi sebagai dapur. Kulihat ibuku sedang mencuci ikan gabus.
“mak, besok aku milu tes.“
Ibuku berhenti sejenak. Di lepaskannya nampan berisi ikan gabus yang sudah putih karena dikuliti.
“oyo, lajulah. Tapi berapo duitnyo?kagi aku pinjamkan di wak tema“
“tak usah, mak. Kato Pak Bahtera, aku tak ush mayar. Gratis!!” kataku tersenyum.
Senyum ibu kini ikut mengembang bersamaku. Aku yakin, di dunia ini masih ada orang baik. Dan yang terbaik adalah ibuku. Dialah yang bisa dijadikan tempat bertukar pikiran. Dialah yang pertamakali mengenalkanku huruf-huruf dan angka, bahkan aku lebih suka kalau belajar di rumah ketimbang di ajar oleh Bu Masturo yang bisanya hany “ini budi. Ini ibu budi“.
Besoknya, pagi-pagi sekali aku menyiapkan baju seragam smp. Setelah ibuku masak, aku mulai menaroh setrika besi di atas open minyak tanah. Yah, meski kami hidup di abad 21, semua peralatyan yang ada di rumah adalah barang-barang antik. Lampu minyak tanah, setrika besi, kompor minyak tanah. Anti bukan? Dan ini kami lakukan semenjak pindah dari rumah kami yang lama. Di rumah ini, tepatnya di ujung desa Meranjat. Kami memulai kehidupan tanpa hal-hal yang berbau listrik.
Pagi itu, aku masih sibuj menyetrikan. Menggosok helai demi helai seragai smp agar enak dilihat. Dari buri, terdengar suara seseorang memanggil namaku. Belum sempat aku menyahut, si yang punya suara tiba-tiba muncul.
“Ella?“ seru Topan.
Aku kajet. Kanapa Topan bisa ada di sini? Batinku. Aku mulai mengecilkan api kompor. Kulihat Topan begong. Matanya mengarah pada tanganku yang liahi memainkan setrika besi. Tadinya aku malu dengan barang antic yang sedang ku pegang. Tapi…apa boleh buat. Toh semua teman-teman di kelasku juga akan tahu kalau di rumahku tak ada listrik. Aku belajar ahnya dengan lamput minyak tanah.
Singhkat cerita, akhirnya aku menjadi bagian dari sekolah ungulan. Sekolah yang berebut anak-anak pejabat ingin memasukinya. Tapi…bukan dunia namanya kalau tanpa uang. Ya, ujung-ujungnya pasti duit. Daftar ulang, cuci foto, bolak-balik nyerakahkan formulir, perlengkapan ini-itu, semua membutuhkan uang. Hal ini yang membuat aku hampir menyerah dan semangatku kendor. Tapi umak!! Umakku!! Dia berusaha mencarikan uang. Berusaha agar anaknya ini dapat menjadi unggul seperti apa yang dilabelkan pada sekolahku. Umak…kau adalah wanita yang teramat aku cintai.
Sekarang adalah akhir dari studiku. Tiga bulan lagi aku akan meninggalkan seragam putih abu-abu. Meninggalkan masa-masa SMA yang nano-nano.
“jangan ngelamun, El“. Seru Bagas. Tiba-tiba.
“aku nggak ngelamun. Aku hanya...memandangan bintang. Apa nlangit di belahan dunia itu sama? Bagaimana langit-langit di Prancis, di Tokyo, di Sorbonne? Aku ingin tahu, Gas.“
Bagas tersenyum. Dia ikut duduk bersamaku di pagar sekolah. Ya, kami. Ku dan bagas sering memandang bintang di malam hari setelah makan malam di dapur umum. Ini adalah moment yang aku senangi. Kadang kami bertiga, aku, bagas, juga Ratih. Kadang ku dan Bagas. Kadang-kadang juga aku sendirian.
“what do you think about tonight?“
“ as usually…nothing happen. I’m still in Indonesia. But I believed, next time I’ll look the sky in Eiffel.”
“wow…that’s cool. Bye the way, how you can go there?”
“by knowledge!!” kataku tersenyum
“smart girl!!” bagas balas tersenyum.
Aku masih memandang langit malam. Kehidupan asrama pastinya akan menjadi sejarah yang takkan pernah terhapuskan.
“may I know something, Ela?”
“ yeah, about what?”
“ how about someone that you love. Come on, tell me and I’ll help you to find it.”
“look at me, bagas. I don’t have many time for dating. And I afraid if there is someone who love me so much, I can’t give my love so much, too.”
“and remember, bagas…don’t find love…”
“let’s love find you, that’s why it’s called fall in love” sambung bagas.
Bagas tersenyum. Kurasakan gerakan angin malam yang menerpa wajahku.
“hello? Any question, Mr. Bagas Radika?“ kataku bergurau.
“no, princess!!” katanya tersenyum.
“ayo balik ke ruang kelas, El. Entar ada penampakan lagi. Kabarnya di asrama banyak penampakan. Hihi….” Saran bagas dan kini dai berjalan duluan di depanku.
***
“come on, princess!! Time is over!!“
“duh…bentar!!”
“ya ampun…lelet banget sih!! Kata bagas sambil melirik jam tangannya.
“Yaudh duluan aja!!” kataku sambil memakai sepatu. Dasar tidak kenal basa basi!! sbagas itu benar-benar pergi duluan! Dasar nggak solid!
Aku berjlan dari asrama ke dapur umum. Sbenarnya ini sudah telat!! Tyidak keburu ikut apel pagi. Tapi, apa mu dikata, perut keroncongan jug nggak baik. Ya khan?
“pagi, kak .“ Sapa Aldo, adik kelasku yang satu asrama sama Noval.
Hah, Noval? Jangan-jangan....
Aku menoleh ke arag ujam sembilan. Tepat di salah-satu meja makan, Noval lagi sarapan
Kendalikan ekspresi wajahmu, Ela. Biasa aja, batinku.
Setelah mengambil makanan, aku mencari kursi untuk duduk. Semua penuh. Beberapa kursi memang ada yang kosong, tapi itu mengarh ke lapangan sekolh...bisa-bisa langsung ketahuan pak Anton!! Gimana ya?
Dari kaca jendela dapur umum, sosok pak anton benmr-benar muncul. Biasanya dia merazia murid-murid yng tidak apel pagi. Gawat, belum sempat makan malah dirazia. Mau taroh di mana mukaku. Seorang ela, siswa berprestasi tingkat propinsi masuk buku catatan sekolah!!noi way!! Tak ada dalam kamus seorang Marela Antika!!!
“kak…cepat pindah!!“ kata Noval tiba-tiba dan membawa nampan sarapanku.
Aku mengikuti jejak novel. Lri dri incaran pak anton yang merazia di dapur umum. Noval mengarah ke rumah pak Mukti, penjaga sekolah yang ramah.
“val, katahuan nggak?”Tanya aldo saat kami datang.
“nggak untung aja!!”
“woi…pak anton, cuy!!” aldo menunduk.
Seketika tangan noval meraih kepalaku dan aku menunduk bersamanya. Tiba-tiba kurasakan peredaran drahku yang mulai tak teratur. Aku kini berad edalam rangkuhnanya. Kmi begitu dekt. Aku dan Noval. Kurasakan adrenalinku beredr begitu cepat. Jantungku yang norrmal kini menambah kecepatannya tanpa kukomandoi.
“pak anton sudah oergi, cuy!!kata aldo smbil mengintif.
Kami kembali berdiri dan duduk di kursi belakang.
“maaf ya, kak Ela!“
Aku terdiam. Ini adalh kebetulan terhebat yng pernah terjadi dalam hidupku. Dan ini bukanlah sekedar mimpi. Ini fakta.
Cowok di depanku ini adalah Noval Syah Reza.entah bagaimana prosesnya, aku kini benar-benar mengagiminya.bayangkan, apa yang akn anda lakukan jika seseorang mampir di mimpimu selama sepuluh kali berturut-turut? Padahal orang itu tidak kau kenal sebelumnya? Dan itulah yng terjadi padaku. Aku mengenal Noval dari mimpi. Mimpi yang kenapa harus terjadi padaku. Mimpi yang bukan ditujukan untuk gadis lain. Mimpi yang membuatku benar-benar mengaguminy. Benar-benra menginginkan kedektn sperti yang terjadi di mimpiku. Aku mengenalnya, tapi itu dalam mimpi. Karena di kehidupan nyata, dia adalah adik kelsku, bukan pangeran berkuda putih!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar