Jumat, 28 Mei 2010

COREK-CORET

Jakarta. aku sampai di sini. Entah harus bahagia atau sedih. Tapi yang jelas...aku sudah di sini. Lalu? Apa yang harus dilakukakn seorang gadis yang tasnya dirampok dan kesuciannya nyaris direnggut. Ahhkk...kenapa jadi begini!!!! Kanapa berantakan begini? Apa salahku? Selama ini aku menjalaninya sesuai dengan aturan!! Aku kuliah, bekerja, menabung, mengumpulkan uang, untuk memperbaiki nasib ke jakarta. untuk menemui teman bapak yang punya perusahaan besar. Tanpa ada penyelewengan. Tanpa keliru dan penuh perencanaan. Tapi...apa gunanya itu semua jika apa yang aku rencanakan gagal total.
Sekarang...apa yang mesti kulakukan. Aku seprti makhluk bodoh. Seperti katak yang keluar dari tempurung. Kemarin, kesucianku nyaris dirampas orang. Sekarang apalagi!!!apa lagi yang akan dirampas. Ijazah?..akh...si copet sialan itu membawa kertas berharga dan harapanku untuk menjadi dosen di perguruan tinggi usai sudah. IPK yang kukumpulkan dari awal kuliah, kini lenyap bersama surat-surat diijazah. Kenapa aku bisa seceroboh kemarin! !!
“ saudari Indah.” Panggil seorang polisi dari meja tempat ia mencatat dat-data pelapor.
aku langsung menyambar kursi di hadapannya.
“nama?”
“indah, pak.”
“umur”
“21 tahun”
“alamat”
“saya...saya tidak punya alamat pak.”
“alamat saudara”
Aku menggeleng. Bapak itu sejenak menatapku.
“jadi, apa yang terjadi.”
Aku menceritakan semua yang terjadi. Kejahatan beruntun yang menimpahku satu hari sesampai di jakarta. dari stasiun gambir sampai sekarang.
“baik. Ada nomor handphone?”
Kembali aku menggeleng.
“ya sudah. Sebulan lagi, kamu kemari? Pengaduan saudari akan kami proses”
“tapi..selama itu, pak? Maaf...apa tidak..”
“sudah...ini resiko”
Aku terdiam saat kutahu post polisi ini butuh uang pelicin. Aku pasrah untuk sementara waktu. Tapi..jika ada uang, aku akan memberi polisi ini pelumas, biar tambah licin!!!
Kutinggalkan post polisi itu. Sekarang, aku harus ke mana?
Kulihat diperempatan lampu merah. Anak-anak kecil masih mengamen, meminta-minta, membersihkan kaca mobil, ada juga yang sempat-sempatnya tidur. Aku lupa. Ini jakarta. tak hanay mereka yang akan begitu, akupun mungkin akan melakukan hal yang sama jika perut sudah melebihi akal sehat.
“ sendirian, mbak?” tanya seorang bocah di sampingku.
“ iya. Kamu sendiri?”
“em..mbak baru pertama ke jakarta?”
“ iya, kok tahu?”
“kelihatan dari tingkah mbak. Kenalin mbak, aku Tita.”
“nama mbak, indah. Panggil aja mbak indah atau kak indah.”
“kak indah aja dech...” jawab bocah itu.
“kak indah mau ikut tita”
“ke?”
Tita menunjuk perempatan lampu merah. Dengan pasrah, aku mengikuti bocah tomboi itu.
Satu persatu kami membersihkan kaca mobil. Sekarang masih pukul 04.00 pagi. Belum ada operasi gepeng, jadi aman untuk beroperasi. Mereka mulai menhitung uang yang ada.
“sepuluh ribu...”sahut tita. Si bocah itu lalu meninggalkan Indah dan berlari ke arah kerumunan orang.
“neng, kok bengong. Kaca nya nih..!kata bapak-bapak yang mobilnya kubersihkan.
“ma..maaf pak...”
“em....kamu....manis juga...”sahut lelaki itu sambil mengedipkan matanya.
Aku menunduk.
“mau dibayar ber..”
“bapak jangan kurang ajar ya sama saya.” Semburku pada si hidung belang.
“ dasar!buaya darat!”
“siapa kak?” tanya Tita tiba-tiba
“kakak nggak tahu.”
“ternyata..kakak bisa galak juga ya..”kata tita setengah tertawa.
“iyalah..kalo ada yang mau macem-macem, kakak nggak segan-segan buat teriak.”
“yaudah kak, tita bawa makanan, kita makan dulu.
Kuhabiskan sebungkus nasi tempe dengan lahab. Kupandangi tita. Bocah ini. Kukira umurnya sepuluh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar